Rabu, 28 Maret 2012

Link and Match Perguruan Tinggi dan Perusahaan (Technopreneur 2.0)

Buku tentang Technopreneur sudah terbit 2 tahun yang lalu. Memang belum terlihat efek-efek nyata bahwa hasil riset dari Universitas dapat dikemas menjadi produk yang nyata (Link and Match Perguruan Tinggi dan Perusahaan). Tetapi saya tetap bersyukur, saat penulisan buku ini saya belum benar-benar terjun di entrepreneur. Setelah mengalami sendiri memang banyak hal-hal yang perlu dipelajari dan terus dikembangkan. Terima kasih juga untuk StartupLokal yang telah memberikan kesempatan saya untuk berbicara mengenai Technopreneur. Respon dari hadirin yang datang sangat bagus. Tetapi ada perang batin dalam diri saya bahwa ada sesuatu GOAL yang belum tercapai. Yaitu Link and Match tadi.

Saya saat menyampaikan materi Technopreneur di event StartUpLokal #7 Re-educate
Saya pernah bertanya kepada dosen saya Bapak Adi dalam kelas Operational Management bagaimana kondisi Link and Match antara perguruan tinggi dan perusahaan saat ini. Memang hal ini pernah diungkapkan di masa lalu oleh Prof. Wardiman Djojonegoro, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sudah diwajibkan di beberapa universitas untuk melakukan Kerja Praktek dan Magang di perusahaan tertentu agar mahasiswa semasa kelulusannya dapat diserap baik oleh perusahaan dan memiliki kompetensi yang bagus.


Tetapi link and match yang saya harapkan berbeda, jauh lebih besar daripada itu.Yaitu bahwa riset yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dikembangkan menjadi produk komersial atau paling tidak memiliki nilai ekonomis. Dan masih sedikit sekali yang concern pada hal ini bahkan cenderung belum ada jawab dosen saya tadi.


Dalam kuliah Systems Information Technology dalam materinya Innovation Management (kebetulan yang menjadi pengajar Bapak Lukito dosen saya dulu di Teknik Elektro UGM) dalam Product Innovation Process mengungkapkan adanya The Valley of Death dimana sebuah produk setelah masa riset akan membutuhkan bantuan financing, marketing, sales dll untuk menjadi produk yang sukses.  Yang dimaksud disini sebuah produk inovasi dari kampus tidak hanya bisa didukung oleh bantuan dana saja tetapi juga dukungan untuk strategi operasional, strategi marketing dan strategi finance.


Sebagai contoh sewaktu saya mendapatkan banyak pesanan tentang alat keamanan berbasis SMS sewaktu kuliah. Saya tidak tahu bagaimana menduplikasi produk secara efektif, menentukan harga wajar terhadap produk saya, mengemas produk secara baik, menangani pesanan yang tiba-tiba berdatangan secara serentak  dll. Hal-hal semacam inilah yang akan dibentuk dalam Business Incubator. Dimana kebanyakan produk-produk inovatif sebagian besar datang dari kalangan mahasiswa teknik, informatika dan mereka yang mendalami teknologi dan sebagian besar belum berpenglaman di bidang manajemen. Saya tidak ingin hal ini terjadi kembali pada inovator-inovator muda yang akhirnya menyerah, bekerja pada perusahaan besar dan produk inovasinya hilang begitu saja. 

Tercetus ide di benak saya kalau silabus memungkinkan di jurusan teknik, sebaiknya empat semester awal digunakan oleh mahasiswa untuk membuat tugas akhir berupa produk dan empat semester berikutnya dimanfaatkan untuk mengkomersialkan produk tersebut.  


Tetap semangat. Jalan masih panjang. Dan untuk pembaca yang berminat berikut saya share slide yang saya presentasikan berkaitan dengan Technopreneur.

Minggu, 25 Maret 2012

Apa yang kami kerjakan di Floatway ?


Perjalanan sejauh 1000 mil dimulai dengan 1 langkah - Pepatah Cina

Perusahaan kami PT. Floatway Systems (www.floatway.com) didirikan pada Bulan Juni 2010 oleh saya bersama tiga rekan saya yang lain. Saya dan tiga rekan saya memiliki latar belakang yang sama yaitu sama-sama lulusan Teknik Elektro.  Pada awalnya Floatway didirikan atas dasar keinginan para pendirinya agar riset yang telah dilakukan di bangku perkuliahan (khususnya di bidang teknik elektro) berkelanjutan menjadi sebuah produk jadi yang dapat dikomersialkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa hasil riset pendiri Floatway telah memenangkan penghargaan inovasi produk baik secara nasional dan internasional. Saya pribadi pernah memenangkan kompetisi Indosat Telco Project Competition 2005 dan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC 2007) begitu juga dengan rekan saya yang lain. Tetapi keberlanjutan ide dalam kompetisi tersebut akhirnya punah begitu saja. Disinilah tujuan Floatway didirikan, diharapkan  dapat menjadi wadah yang menampung kreatifitas-kreatifitas generasi muda di Indonesia. 

Gambar 1 Logo PT Floatway Systems

Bulan-bulan awal mendirikan perusahaan adalah hal yang sulit. Meskipun dengan semangat yang berkobar-kobar dan visi misi yang sangat ‘baik’ kami tidak tahu harus melakukan apa dan memulai darimana. Ditambah lagi latar belakang yang sama bukanlah sesuatu yang ideal bagi sebuah organisasi. Keberagaman kadang lebih baik dalam sebuah organisasi. Inilah yang mendorong saya untuk mendaftar di bangku kuliah S2. Dan saya tidak ingin melanjutkan di bidang teknik, bidang manajemen lebih baik untuk menambah keberagaman dalam organisasi yang baru lahir ini. Sebuah organisasi membutuhkan bagian finance, marketing, sales dan pengetahuan mengenai manajemen. Pilihan yang tepat!

Selain itu sebuah perusahaan perlu strategi yang lebih ‘membumi’ dengan kata lain kita memerlukan produk yang bisa dijual untuk memberikan pemasukan di kas kita. Kita berempat jadi lebih sering mengikuti pertemuan-pertemuan entrepreneurship dan mendengarkan talk show mengenai entrepreneurship dan juga membaca buku dan artikel mengenai entrepreneurship. Disinilah kami mendapat pencerahan bahwa entrpreneur harus mentargetkan pada ceruk pasar yang spesifik alias ‘niche market.’ Pasar yang belum digali secara serius oleh orang lain dan diharapkan memberikan keuntungan secara kontinyu ke perusahaan kami. Hal ini disampaikan dengan jelas oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam buku karangan mereka yang berjudul “Blue Ocean Strategy.” Menganggap bahwa bersaing adalah menciptakan ruang pasar yang tidak ada lawannya. Pasar yang sangat luas bagaikan “Lautan Biru.” Dalam buku “Marketing Management” karangan Philip Kotler dan Kevin Lane Keller menyebutkan bahwa dalam pasar 40% dikuasai oleh market leader, 30% oleh market challenger dan 20% oleh market follower. Market nichers hanya menguasai 10% dan tidak digarap oleh perusahaan-perusahaan besar. Ceruk pasar inilah kesempatan bagi start-up untuk memasuki pasar.

Divisi Produk
  
If you don't have a competitive advantage, don't compete - Jack Welch, GE

Kebetulan teman saya mendapat proyek sebuah produk instrumentasi industri. Proyek yang sebelum Floatway didirikan sudah sering ditanganinya. Proyek ini memberikan angin segar bagi Floatway untuk melangkah. Meskipun banyak kendala terjadi saat melakukan project delivery, proyek ini menghubungkan kami ke proyek-proyek selanjutnya selama tahun 2011.  Produk yang kami buat adalah alat untuk test kualitas bagi industri kabel otomotif. Dan menjadi produk utama Floatway. Sebelumnya sudah terdapat produk sejenis yang dibuat dari Jepang dan Taiwan. Tetapi tentu saja harga produk kami lebih ekonomis dengan fungsionalitas yang lebih unggul. Itulah yang menjadi brand equity produk kami dibandingkan produk-produk lainnya. Sebelum PO (Project Order) dikeluarkan oleh customer, kami mengadakan diskusi yang intensif dengan customer sehingga diketahui secara pasti apa saja keinginan customer dari produk yang bisa kita berikan. Produk kami adalah produk B2B sehingga komunikasi intensif ke customer adalah sangat penting untuk bisa sukses memenangkan hati customer. Akhirnya dengan pertemuan yang insentif kami menciptakan produk yang dapat menghemat proses produksi mereka sehingga waktu pengechekan kualitas pun menjadi lebih cepat.

Gambar 2 Produk utama PT. Floatway Systems Streamline circuit tester dan bulb tester

Berikut beberapa project untuk produk Circuit Tester dan Bulb Tester :
  •   Electronic Stamp – PT Banshu Electric Indonesia
  •   Bulbtester – PT Dharma Electrindo Manufacturing
  •   Circuit checker + Bulb tester + Volt tester + Function tester – PT Banshu Electric Indonesia 
  •   Circuit checker – PT Leoco Dwitara 
  •  Circuit Checker – PT Darmawan Metal Mekanikal
  •  Bulbtester Upgrade PT Dharma Electrindo Manufacturing
  •  Circuit Checker 150 point PT Cipta Mandiri Wirasakti
Berikut video pengujian salah satu produk circuit checker Floatway :




Divisi Training

Di unit lain kita juga mengadakan training yang ditujukan bagi engineer telekomunikasi. Pasar ini kami tuju karena tiga dari empat pendiri Floatway berpengalaman di bidang telekomunikasi. Memang ada persaingan dalam bidang ini tetapi kami menjaga brand produk kami dengan memberikan materi training yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Metode pengajarannya pun dibuat secara dua arah. Dimana peserta training secara bebas dan langsung dapat menceritakan pengalamannya kedalam forum training. Dan juga banyak sekali dilakukan praktek-praktek yang berhubungan dengan materi training sehingga peserta paham apa yang sedang dipelajari dalam training. 

Gambar 3 Program training telekomunikasi

Untuk mendukung training Floatway juga menerbitkan buku pegangan edisi bahasa Indonesia yang lebih mudah dimengerti dan berisi pembahasan-pembahasan praktis. Kami juga mengadakan seminar dengan materi-materi yang berkaitan dengan telekomunikasi selular. 


Gambar 4 Buku Pegangan training adalah salah satu nilai kompetitif Floatway dibandingkan dengan lembaga training sejenis

Untuk meningkatkan kualitas kami terus mengupdate materi training kami dengan materi-materi yang baru dan terus menambahkan studi kasus yang terjadi pada dunia praktis. Untuk tempat pengadaan training kita adakan di hotel dengan sajian makanan yang lezat. Akhr-akhir ini kami juga mengadakan training di gedung UGM Samator Pendidikan Jakarta karena tempatnya nyaman dan mudah dijangkau lokasinya oleh peserta training. Kita juga mengadakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang bisa memberikan lapangan pekerjaan atau OJT langsung kepada peserta training. Sehingga setelah training selesai peserta dapat langsung menerapkan pengetahuan yang didapatkannya ke aplikasi praktis.


Gambar 5 Untuk menjaga kualitas training tempat pengadaan training pun dibuat senyaman mungkin. Salah satunya di Gedung UGM Samator Pendidikan di Tebet Jakarta Selatan

Untuk menjaga inovasi kamu memperbarui tema-tema training kami. Pada awal tahun 2011 kita memulai training dengan materi telekomunikasi seluler dengan teknologi GSM (2G) pertengahan dan akhir tahun 2011 kita mengadakan training dengan materi UMTS atau WCDMA (3G) dan diawal tahun 2012 ini kita memfokuskan dengan materi WiMAX atau LTE (4G). Kita juga akan memperbarui dengan materi-materi pendukung yang berhubungan dengan materi utama misalnya programming dengan Visual Basic Application, penggunaan tools Map Info dan TEMS Investigation sampai juga materi Project Management Professional bagi para team leader atau project manager yang berkecimpung di dunia telekomunikasi seluler.

Dalam program training yang kita adakan tidak semua materi training kita tangani karena lingkup telekomunikasi juga sangat luas, kita ambil training bagian radio part (RF part) atau bagian dari sisi handphone sampai BTS. Bagian radio part ini sangat penting karena menyangkut bagaimana sisi end user atau customer terakhir dalam bisnis telekomunikasi seluler merasakan kualitas dari seluruh layanan. Apabila sulit untuk melakukan panggilan, atau sering drop, SMS gagal atau kualitas suara tidak bagus salah satunya adalah tanggung jawab dari bagian engineer di radio part ini. Berikut pengalaman program training yang pernah kita adakan.
  • 2G/3G Drivetest Training – Universitas Islam Indonesia
  • 2G RF Planning and Optimization  Training 4-6 Maret 2011 di Hotel Paragon Jakarta
  • 2G RF Planning and Optimization Training – Training in-house PT. Nexwave
  • Reporting and Presentation Skill Training – Training in-house PT. Nexwave
  • 3G RF Planning and Optimization  Training 2-4 Juni 2011 di Hotel Paragon Jakarta
  • 3G RF Planning and Optimization  Training at Semarang 8-10 Juli 2011 di Hotel Ibis Semarang
  • Visual Basic Application for RF Engineer Training 20-21 Agustus 2011 di Hotel Paragon Jakarta
  • 2G RF Planning and Optimization  Training 30 September – 2 Oktober 2011 di Hotel Paragon Jakarta
  • 3G RF Planning and Optimization  Training 28 - 30 Oktober 2011 di MM UGM Jakarta
  • Training & Certification Program for Drivetester Engineer 3, 10, 17, 24 Desember 2011 – Training dan sertifikasi untuk Drivetester Enginner  PT. Lintas Media Telekomunikasi
  • 3G RF Planning and Optimization  Training at Surabaya 30 Desember 2011 – 1 Januari 2012 di Hotel Sahid Surabaya
  • 4G Seminar : WiMAX vs LTE – Technology Challenge and Bussines Opportunity – 26 February 2012 di MM UGM Jakarta

Professionalisme

People don't buy products, they buy benefits - Theodore Levitt

Seorang profesional dengan pengalaman 3 tahun bisa mendapatkan gaji sampai ribuan dollar sedangkan dengan pengalaman lebih dari 5 tahun berpeluang untuk bekerja di seluruh belahan penjuru dunia sebagai konsultan global. Kebutuhan akan engineer pun meledak seiring pertumbuhan penggunaan telepon seluler baik untuk voice, SMS atau paket data. Tidak jarang kita mendapatkan panggilan telepon dari luar negeri yang menawarkan pekerjaan untuk mengerjakan proyek di luar negeri. Akibatnya sering sekali engineer bagai ‘kutu loncat’ berpindah tempat dari proyek yang satu ke proyek yang lain yang menjadi masalah apabila engineer tersebut melakukan mark up pada CV-nya dan kriteria yang dituliskan pada CV tidak sesuai dengan pengalaman asli dari engineer tersebut. Di sisi lain perusahaan sangat membutuhkan personel dalam proyek dan menyebabkan engineer mark up ini lolos dikarenakan filter interview yang kurang bagus. Hasilnya dapat dipastikan adalah banyak proyek-proyek yang berjalan tidak lancar karena kurangnya kapabilitas personel dalam timnya.

Di sinilah etika profesionalisme dibutuhkan, engineer harus secara jujur menyatakan pengalaman kerjanya dan sejauh mana untuk dia berkompeten untuk menangani proyek yang belum pernah dikerjakannya dan di sisi lain perusahaan pun tidak dapat semata-mata 'mencomot' engineer seperti istilah mengambil kucing dalam karung dan tidak melakukan cross check terhadap kebenaran yang dituliskan di dalam CV. Dengan pertumbuhan customer telekomunikasi seluler di Indonesia dan perkembangan teknologi tidak ada engineer yang secara pengalaman pernah melakukan semua proyek. Di sinilah trade off antara kegiatan belajar mandiri engineer dan delivery pekerjaan ke perusahaan dan atasan secara berkualitas harus seimbang. Kejujuran, keterbukaan dan komunikasi diperlukan dalam proses ini. Dan hal itu kami tumbuhkan di dalam proses training.

Gambar 6 Dalam flyer-nya trainingnya PT. Floatway Systems selain memberikan informasi silabus secara lengkap juga memberikan penekanan agar engineer bekerja dengan etika profesional yang baik


Kerja Praktek dan Magang

If you want to go quickly, go alone. If you want to go far, go together - African Proverb

Dalam rangka mengembangkan produk dan riset di Indonesia kita sering membuka lowongan kerja praktek dan juga magang di Floatway. Di program ini kami menitikberatkan bahwa riset hasil kampus seharusnya berkelanjutan dan dapat menjadi sebuah produk dengan nilai ekonomis yang tinggi apabila diterapkan strategi pemasaran yang baik. Apabila Anda berminat untuk melakukan kerja praktek dan magang di Floatway segera kirim CV Anda ke lingga(dot)wardhana(at)Floatway(dot)com

Gambar 7 Kuliah umum di Jurusan Teknik Elektro dan Informatika UGM dengan tema ‘Dunia Kerja Telekomunikas Seluler’ untuk membuka wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja setelah kuliah dan juga penawaran program Kerja Praktek dan Magang di PT. Floatway Systems

Kami sangat terbuka untuk kerjasama yang saling menguntungkan. Let's Collaborate, mari jadikan Indonesia lebih baik.

Lingga Wardhana
CEO

Sabtu, 24 Maret 2012

Jangan bisnis Gorengan, Nasi Uduk, Pecel Lele, Nasi Bebek, Nasi Goreng, Roti bakar (lagi)

Sewaktu sepulang dari Bandung saya mendengar cerita dari teman saya bahwa Unilever akan mengakuisisi kopi Kapal Api. OMG perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki asing ini akan membesar lagi. Saya salut sekaligus agak miris hatinya. Mengingat hampir 24 jam kebutuhan sehari-hari kita semuanya sudah ada di lini produk perusahaan raksasa ini.
  
Menurut wikipedia  PT Unilever Indonesia Tbk. mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Dan yang lainnya kemungkinan dimiliki oleh asing (kantor pusat Unilever di London, Inggris dan Rotterdam, Belanda). Saya tidak akan menyalahkan Unilever karena banyak teman-teman saya yang hidup dan berpenghasilan dari perusahaan, ini juga ribuan karyawan Unilever Indonesia lainnya. Toh kalau tidak ada Unilever, Procter & Gamble (P&G) yang berasal dari Amerika dengan senang hati akan memenuhi pasar Indonesia. 

Saya jadi teringat BBM Message yang pernah saya terima berjudul "Mana punya indo?" (dengan perbaikan agar tidak salah informasi)

Bangun tidur anda minum apa? Aqua? 74% sahamnya milik Danone (Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever, Inggris). Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Lalu mandi memakai Lux dan Pepsodent (Unilever). Santai sehabis makan rokoknya Sampoerna (97% saham milik Philip Morris, Amerika). Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Eropa dan Amerika tinggal pilih. Kalau naik bus way juga bikinan Korea (Daewoo dan Hyundai). Sampe kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea (LG dan Samsung), dan China. Menggunakan komputer buatan Amerika (Dell, HP dan Apple) dan Taiwan (Asus), Operator seluler Indosat, XL, Three dan Axis semuanya milik Qatar, Malaysia dan Arab Saudi). Yuk belanja ke Carrefour, punya Perancis (tapi 40% sekarang sudah dimiliki oleh Trans Corp). Malam-malam iseng ke Circle K dari Amerika. Bangun rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik HeidelbergCement AG, Jerman  (65,14%). Semen Cibinong punyanya Holcim, Swiss (77,33%). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. Btw Blackberry Anda pun buatan China atau Canada. Lalu yang produk indonesia apa ya ?

Maksud saya dengan judul diatas apabila mau terjun ke entrepreneur janganlah berbondong-bondong untuk berjualan Gorengan, Nasi Uduk, Pecel Lele, Nasi Bebek, Nasi Goreng, Roti bakar yang kebanyakan menggunakan tempat ilegal sehingga membuat macet, mengotori lingkungan dll. Sedangkan dibagian atas perusahaan-perusahaan asing yang memiliki modal sangat-sangat besar dan memiliki kemampuan finansial, marketing, operasional dan manajerial yang sangat baik sudah menggoroti semua produk dari lini atas.

It's fine jika Anda memulai usaha gorengan atau yang lainnya jika memiliki differensiasi produk, memiliki strategi marketing dan memiliki plan untuk besar dengan ribuan cabang seperti KFC. Kalau tidak usaha Anda akan memenuhi jalanan dengan kaki lima.

Solusinya adalah jangan meremehkan bangku pembelajaran ketika Anda memulai bisnis. Belajarlah cara-cara marketing yang baik, cara mengelola keuangan, manajemen operasional dll. Banyak pengusaha yang meremehkan ini akibatnya usahanya ya setingkat kaki lima tidak berkembang. So dengan kondisi yang ada saat ini persiapkan diri Anda untuk menjadi entrepreneur yang sukses secara global dan bermimpilah untuk mengakuisisi balik perusahaan-perusahaan di luar negeri.

Rabu, 21 Maret 2012

Analysing the Requirements of Performance Measurement Systems




Performance Measurement System (PMS)

Performance Measurement System (PMS) yang berhasil adalah kumpulan pengukuran performansi yang menyediakan informasi bagi perusahaan yang berguna untuk membantu dalam proses perencanaan, kontrol dan manajemen semua aktivitas perusahaan. Mendesain PMS adalah bukan hal yang mudah dan biasanya bersifat spesifik untuk setiap perusahaan.

Persyaratan Performance Measurement System (PMS)

Crawford dan Cox (1990)
  • PMS harus mudah dimengerti oleh bagian-bagian yang mengevaluasi performansi sebuah perusahaan
  • PMS harus mengevaluasi sebuah grup bukan pekerjaan individu
  • Reporting untuk PMS lebih baik berupa grafik
Cross dan Lynch (1992), Kaplan dan Norton (1992), Dixon et.al (1990), Bourne et al (2003)
  •     PMS harus disusun berdasarkan strategi perusahaan dan mengukur kesesuaian pola karyawan dengan tujuan utama perusahaan
Globerson (1985)
  • PMS harus bersifat akurat, relevan, tersedia di waktu yang tepat, dan mudah diakses oleh orang yang tepat

Kaplan dan Norton (1992)
  • PMS harus mengukur baik performansi secara finansial atau non finansial

Neely et al. (1985)
  • PMS harus memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain selain investor seperti karyawan, customer dan juga suplier
Mendesain Performance Measurement System (PMS)

Untuk mendesain Performance Measurement System (PMS) ada 2 pertanyaan yang harus dijawab yaitu “Apa yang akan diukur ?” dan “Bagaimana cara pengukurannya ?” Pada jurnal ini akan dibahas mengenai “Apa yang akan diukur ?” dimana akan menghasilkan sistem kelas dalam PMS.

Sistem Kelas dalam PMS

Sistem kelas disini berfungsi agar perusahaan mengevaluasi dari sistem PMS yang telah berjalan saat ini dan mengembangkannya ke kelas yang lebih canggih. Berikut pembagian kelas dalam PMS :


1. Third Class “Financial”

PMS pada kelas berdasarkan pengukuran tradisional seperti ROI, ROE, Arus Kas, dan juga produktivitas. PMS ini berorientasi pada keuntungan dan kebanyakan berorientasi jangka pendek.
  • Single-dimensional
  • Fokus : internal
  • Orientasi jangka pendek
  • Memenuhi keinginan Top level manajemen
  • Mudah diakses
   
2. Second Class “Balanced”

PMS pada kelas ini lebih kompleks dimana performansi diukur secara multidimensional (tidak hanya finansial). Sangat berorientasi pada customer. Digunakan lebih kearah improvement.
  • Multi-dimensional
  • Fokus : internal dan eksternal
  • Orientasi jangka panjang dan pendek
  • Memenuhi keinginan setiap level hierarki
  • Informasi ditujukan kepada personal tertentu
3. First Class “Fully integrated”

PMS pada kelas ini dapat menjelaskan hubungan dari tiap organisasi dalam perusahaan. Database dan sistem reporting saling terintegrasi. Informasi dari PMS ter-update secara kontinuous dan secara langsung dipresentasikan kepada orang yang membutuhkan.
  • Causal relationship dimensional
  • Fokus : Semua Stakeholder
  • Orientasi jangka panjang dan pendek
  • Memenuhi keinginan setiap level hirerarki
  • Arsitektur sistem informasi yang fully integrated




 Berikut ciri-ciri dari PMS yang bagus

Menyediakan Informasi yang Akurat
Informasi yang diberikan dalam PMS harus akurat, banyaknya eror dapat menyebabkan kebingungan dan memberikan efek negatif pada performansi perusahaan.

Mendukung kegiatan operasional dan pengambilan keputusan strategis
Ada banyak artikel yang menyebutkan bahwa sistem PMS harus mendukung strategi perusahaan kemudian diterjemahkan menjadi strategi operasional. Harus diingat bahwa strategi perusahaan berubah seiring waktu. Dan diharapkan PMS juga memiliki fleksibilitas untuk berubah sesuai strategi perusahaan.

Sebagai filter untuk dilakukannya sub-optimization
Informasi yang diberikan dalam PMS harus akurat, banyaknya error dapat menyebabkan kebingungan dan memberikan efek negatif pada performansi perusahaan.

Menyediakan informasi yang terbatas
Informasi yang terlalu kompleks dapat menyebabkan “information overload.” Information overload dapat membuat menajer tidak dapat lagi memilah-milah informasi mana yang penting dan informasi yang tidak penting akibatnya banyak informasi yang diacuhkan karena manajer memerlukan waktu yang banyak untuk dapat melakukan analisis.

 ARTIKEL PENDUKUNG

Dari wikipedia.org Behn (2003) memberikan 8 alasan diperlukannya pengukuran performansi :

1. To Evaluate. Beberapa cara dapat digunakan untuk mengevaluasi antara lain dengan membandingkan performansi aktual dengan peformansi sebelumnya, membandingkan dengan perusahaan sejenis, dan membandingkan dengan rata-rata industri.

2. To Kontrol. Digunakan untuk fungsi kontrol bagi manajer untuk mengetahui karyawannya melakukan hal yang benar. Saat ini banyak manajer yang tidak melakukan fungsi kontrol secara langsung tetapi fungsi kontrol tetap diperlukan.
3. To Budget. Biaya adalah salah satu tools untuk melihat meningkatnya performansi. Kadang penghematan biaya bukan cara yang baik untuk meningkatkan performansi. Kadang dengan meningkatnya performansi biaya pun bertambah.

4. To Motivate. Pengukuran performansi dapat digunakan untuk memfokuskan karyawan pada tujuan perusahaan dan untuk memeberikan motivasi sesuai dengan pencapaian tujuan perusahaan. 

5. To Celebrate. Saat sebuah organisasi mencapai tujuan jangka pendeknya tidak ada salahnya untuk merayakannya. Perayaan keberhasilan akan memotivasi seluruh elemen perusahaan.

6. To Promote. Pengukuran performansi dapat digunakan sebagai sistem informasi bagi keseluruhan satekholder (First Class) yang dengan sendirinya akan mempromosikan organisasi itu sendiri.

7. To Learn. Seorang pengambil keputusan perlu belajar, apakah keputusan yang diambil benar ataukah tidak. Pengukuran performansi yang baik dapat memberikan informasi strategis bagi pengambil keputusan.

8. To Improve. Sebenarnya ini adalah inti dari pengukuran performansi tidak lain adalah untuk meningkatkan performansi itu sendiri.
 
STUDI KASUS

Case : Taco Bell

Pada tahun 1999, setiap tiga dari empat fast food yang dibeli di Amerika dibuat oleh satu perusahaan yaitu Taco Bell. Dominasi market tidak akan sebesar ini apabila Taco Bell tidak melakukan transformasi dalam operasionalnya. Pada saat itu semua bahan-bahan dibuat dari mentah dan dimasak secara sendiri-sendiri. Saat bahan-bahan tersebut siap maka diolah dan disajikan sesuai dengan keinginan customer. Waktu tunggu di customer cash register rata-rata adalah 105 detik dan bertambah disaat peak hour.
Beberapa strategi dilakukan oleh John Martin sebagai CEO dari Taco Bell :

1983 - Merubah bentuk layout untuk dapur sehingga meningkatkan kecepatan makanan tersedia dan meningkatkan persepsi customer, menambah menu, memperbesar unit, menambahkan fasilitas drive thru, memperbaiki dekorasi dan membuat baju seragam untuk para staff.

1989 - Project K-minus : semua makanan tidak lagi didatangkan dalam bentuk mentah tetapi sudah olahan setengah jadi sehingga tidak terdapat lagi proses memasak dari mentah. Tentu saja hal ini meningkatan kecepatan penyajian 30 detik lebih cepat dan juga meningkatkan kapasitas pelayanan pada saat peak hour sebesar 50%.

1989 - TACO (Total Automation of Company Operations) : adalah sebuah IT project yang didesain untuk mengkomputerisasi semua unit dengan pusat. TACO menyediakan daily report untuk setiap unit manajer  dengan 46 pengukuran performansi. Dengan sistem ini waktu 16 jam per minggu yang dihabiskan oleh setiap manajer untuk pelaporan dapat dikurangi. dengan sistem ini manajer di Taco bell lebih fokus kepada pelayanan kepada customer.

KESIMPULAN 

Performance Measurement System (PMS) yang berhasil adalah kumpulan pengukuran performansi yang menyediakan informasi bagi perusahaan yang berguna untuk membantu dalam proses perencanaan, kontrol dan manajemen semua aktivitas perusahaan. Ada tiga sistem kelas pada PMS yaitu First Class “Fully integrated,” Second Class “Balanced,” dan Third Class “Financial.” Sebuah perusahaan sebaiknya mempelajari di kelas mana PMS yang saat ini digunakan dan secara bertahap berkembang ke kelas yang lebih tinggi.

REFERENSI
  1. Stefan Tangen, Insights from practice "Analysing the requirements of performance measurement systems," Journal, Measuring Business Excellence, Emerald Group Publishing Limited, 2005.
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/Performance_measurement
  3. Short Case : Taco Bell