Supply Chain
Management
Konsep Supply
Chain Management (SCM) sudah ada sebelum tahun 1960. Banyak studi tentang
hal ini pada tahun 1980-an. Dan bermunculan publikasi riset sejak 1990-an.
Riset SCM diklasifikasikan menjadi 3 kategori :
- Inventory Management (Cachon and Zipkin, 1997)
- Production, Planning and Scheduling (Lederer Andi Li, 1997)
- Deterministic Analytical Models (Cohen and Lee, 1989)
- Stochastic Analytical Models (Lee et al, 1994)
- Economic Models (Christy and Grout, 1994)
- Simulation Models (Ta will, 1991)
Menurut survey yang dilakukan oleh Samuel H Huan, Sunil K. Sheoran dan Ge Wang banyak sekali analisis dan model yang disampaikan untuk melakukan desain, menangani operasional Supply Chain tetapi mode yang paling menjanjikan adalah model SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang dikembangkan oleh SCC (Supply Chain Council).
SCOR Model
SCOR model yang dipublikasikan tahun 1999 mengintegrasikan proses
re-engineering, benchmarking dan proses pengukuran. SCOR model terdiri atas :
- Deskripsi standar
- Hubungan antara deskripsi standar
- Standar metrik untuk mengukur performansi
- Praktik manajemen terbaik
- Software untuk mendukung proses manajemen
Berikut gambar ilustrasi dari SCOR Model yang dikembangkan oleh SCC
Gambar 1. Ilustrasi SCOR Model oleh SCC
|
SCOR model terdiri dari 3 level detil proses. Level 1 adalah top level dan berhubungan dengan tipe
proses. Level 2 adalah level konfigurasi
dan berhubungan dengan kategori proses. Level 3 adalah elemen proses dan level terendah dalam SCOR model.
SCOR model direpresentasikan dengan 12 performance matriks (Tabel 1) yang memperlihatkan hubungan
antara level 2 (kategori proses) dan level 3 (elemen proses). Dan matriks
tersebut sebagai support data ke 12 performansi matriks level 1 (Tabel 2).
Tabel 1. SCOR Model configuration
toolkit
Tabel 2. SCOR model matriks
performansi level 1 dan level 2
Analysis
Tujuan dari SCOR Model adalah untuk meningkatkan
hubungan antara kebutuhan pasar dan strategi respon cepat di sisi supply chain.
Riset dan strategi perusahaan biasanya menggunakan bahasa yang berbeda antara
kebutuhan pasar dan aktivitas supply chain. Kelebihan dari SCOR model adalah memfasilitasi
komunikasi yang lebih baik antara kedua aktivitas tersebut.
Change
Management
Sama seperti manusia yang berubah dan beradaptasi di situasi yang
berbeda-beda begitu juga perusahaan dan pasar. Faktor utama yang mendorong
perubahan adalah berkembang pesatnya teknologi terutama teknologi informasi.
Isu utama yang harus diatasi adalah change
management berdasarkan analisis pasar. Salah satunya yang mempengaruhi
adalah struktur dan kondisi pasar. Membangun keintiman dengan customer adalah
kesuksesan bagi sebuah perusahaan. Cara yang paling efektif untuk membangun
hubungan dengan customer adalah dengan memahami perilaku dari customer dan
membangun desain supply chain yang dapat
dikustomisasikan sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap customer.
Isu kedua adalah untuk menangani sinkronisasi dalam pengintegrasian.
Diketahui saat ini pasar berubah dengan dinamis, dan perusahaan yang sukses
tidak bisa bersaing sebagai individu tersendiri. Kadang dibutuhkan jaringan dan
partner untuk bisa terus memenangkan pasar. Sudah sangat wajar apabila
perusahaan mengindentifikasi partner yang potensial dan membangun jaringan
informasi dan komunikasi yang baik dengan partner tersebut.
Isu ketiga adalah penggunaan modeling tools untuk men-support keputusan change management. Modelling tools
adalah sebuah software yang menghasilkan output desain supply chain terbaik
bagi sebuah perusahaan berdasarkan pasar yang dinamis disertai dengan impactnya
terhadap skenario bisnis, ongkos produksi dan operasi.
Optimalisasi
Jaringan Menggunakan SCOR Matriks
Network Modelling menggunakan teknik optimalisasi untuk menghasilkan
solusi yang paling optimal. Masalahnya disini menggunakan SCOR 12 performance
matrik belum bisa menjadi masukan objek pengukuran yang dibutuhkan oleh network
modelling tools. Terdapat metode lain yang dinamakan AHP (Analytical Hierarchy
Process) yang diajukan oleh Saaty (1980). Berikut poin-poin yang diikuti dalam
AHP :
1. Problem decomposition and hierarchy construction. Terdapat 3 level pada bagian ini yaitu :
- Top level : The Overall Objective – Overall Supply Chain Efficiency
- Criteria (SCOR Model) : Delivery Reliability, Flexibility and Responsiveness, Cost dan Asset
- Sub Criteria : 12 SCOR performance metrics
2. Determine alternatives. Beberapa supplier dimasukkan ke dalam hierarki di bagian paling bawah.
3. Pair-wise comparison. Menentukan ke-urgent-an dari setiap elemen pada setiap level.
4. Weight calculation. Metode normalisasi matematika digunakan untuk mengkalkulasi bobot prioritas pada setiap level.
5. Consistency check.
6. Hierarchical synthesis. Pengintegrasian bobot prioritas pada setiap level hierarki untuk mengevaluasi berbagai alternatif.
7. Determine priority for all alternatives. Alternatif dengan bobot tertinggi dipilih.
3. Pair-wise comparison. Menentukan ke-urgent-an dari setiap elemen pada setiap level.
4. Weight calculation. Metode normalisasi matematika digunakan untuk mengkalkulasi bobot prioritas pada setiap level.
5. Consistency check.
6. Hierarchical synthesis. Pengintegrasian bobot prioritas pada setiap level hierarki untuk mengevaluasi berbagai alternatif.
7. Determine priority for all alternatives. Alternatif dengan bobot tertinggi dipilih.
AHP sebenarnya merefleksikan bagaimana orang-orang bertindak dan
berpikir. Dengan modelling ini dapat mempermudah seorang pengambil keputusan untuk
melakukan supply chain yang paling efisien.
Gambar 2. Optimalisasi jaringan
menggunakan AHP dan SCOR matriks
|
Analytical
Hierarchy Process Pro dan Kontra
1980 : AHP dikemukakan oleh Saaty.
1984 : Belton dan Gear memperdebatkan
bahwa AHP tidak sesuai dengan teori dasar di perusahaan dan pendekatan
axiomatic dibandingkan MAUT (Multi-attribute utility theory).
1984 : Belton dan Gear mengkritisi
bahwa penambahan dan pengurangan alternatif dapat menjadikan rank reversal di
AHP.
1986 : Saaty membuktikan bahwa AHP
sesuai dengan teori axiomatic.
1987 : Harker dan Vargas menyatakan
bahwa rank reversal tidak terjadi di AHP.
1990 : Dyer mempertanyakan
validitas dari teori axiomatic Saaty.
1990 : Saaty bersama dengan Harker
dan Vargas mempertahankan bahwa teori axiomaticnya berbeda dengan teori utility
tradisional.
Belum terdapat kesimpulan sampai saat ini tentang siapa yang benar dalam
perdebatan ini.
ARTIKEL
PENDUKUNG
Tentang SCC
Tentang
Analytical Hierarchy Process
AHP adalah salah satu
teknik untuk pengambilan keputusan yang kompleks berdasarkan matematika dan
psikologi. AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970 dan menjadi
bahan penelitian ilmiah semenjak tahun itu. AHP banyak digunakan pada
keputusan-keputusan strategis seperti pemerintahan, bisnis, industri, kesehatan
dan pendidikan.
AHP tidak menentukan
keputusan mana yang paling benar tetapi mencari keputusan yang paling baik
untuk mencapai tujuan dan mengatasi problem.
Paling tidak terdapat 900
tulisan tentang AHP yang dipublikasikan di China dan paling tidak terdapat satu
jurnal yang dikhususkan untuk beasiswa yang membahas masalah AHP. Pada tahun
2009 International Symposium on the
Analytic Hierarchy Process (ISAHP) mengadakan internasional symposium dan
28 negara mempresentasikan hasil peneltian ilmiahnya.
STUDI KASUS
Rock-It Cargo
Apapun musik kesukaan Anda dari Mozart sampai Lady Gaga dan Eminem, pada saat konser live pasti terdapat andil dari Rock-It Cargo dibalik meriahnya konser. Rock-It Cargo mengkhususkan diri pada cargo untuk konser band-band ternama mulai dari panggung, light show, peralatan dan juga merchandise.
Pada tahun 1974, David Bernstein mandapat telepon dari kakaknya, seorang
fotografer untuk tur musik Crosby, Stills, Nash and Young. Perusahaan logistik
yang sebelumnya sudah ada membatalkan kontrak dan meninggalkan band begitu
saja. Secepatnya David menyewa truk dari pamannya dan membantu perpindahan grup
populer tersebut dari Chicago ke London.
Bernstein pada awalnya memulai bisnis dari asrama mahasiswanya, dia
memiliki pekerja-pekerja dari mahasiswa yang mau dibayar murah untuk menangani
peralatan dari bintang-bintang rock. Bisnisnya bertambah besar dan layanan yang
tepat waktu menjadi ciri khas Rock-It Cargo.
Organizer konser tidak perlu khawatir untuk pengembalian tiket karena
panggung dll tidak datang tepat waktu. Reputasinya kemudian berkembang ke
industri televisi, olah-raga dan industri-industri lain yang membutuhkan
jaminan on-time.
Selain tepat waktu, kualitas penanganan barang juga menentukan dalam
industri cargo. Kadang alat-alat yang diangkut mudah rusak dan mahal sehingga
memerlukan penanganan khusus. Kadang dalam konser berjalan dari kota ke kota
dari negara ke negara dan berjeda satu hari sehingga keterlambatan satu hari
tidak dapat ditolerir.
Artis yang pernah ditanganinya antara lain : Cher, Madonna, 50 Cent,
Nine Inch Nails, Beastie Boys, Destiny's Child, Dave Mathews Band, The Dixie
Chicks, Paul McCartney, Kenny Chesney, Lenny Kravitz, Kid Rock dan kebanyakan
grup Rock lainnya (customer list dapat dilihat di www.rockitcargo.com). Di
tahun 2003 Rock-It Cargo menangani logistik untuk 18 dari 20 konser besar di
dunia.
Metode Rock-It cargo sangat sederhana : mereka memindahkan semua
barang-barang logistik dalam satu shipment untuk mengurangi error. Mereka juga
bekerja sama dengan agency dan departemen-departemen penting di seluruh dunia
untuk mengurusi dokumen dan surat-menyurat. Salah satunya dengan ATA Carnets.
Dengan Carnets memungkinkan gitar diimpor untuk penggunaan sementara. Sedangkan
tanpa menggunakan Carnet mereka harus membayar pajak impor dan ekspor untuk
sebuah gitar yang dipakai dalam band.
Rock-It cargo sangat membantu customer untuk menghindari delay, jadi
apapun band musik yang Anda senangi Rock-It Cargo logistiknya.
KESIMPULAN
SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang
dikembangkan oleh SCC (Supply Chain
Council) adalah bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara kebutuhan pasar dan strategi respon
cepat di sisi supply chain. Kelebihan dari SCOR model adalah memfasilitasi
komunikasi yang lebih baik antara kedua aktivitas tersebut.
SCOR menggunakan 12 performance matrik belum bisa menjadi masukan objek
pengukuran yang dibutuhkan oleh network modelling tools. Terdapat metode lain
yang dinamakan AHP (Analytical Hierarchy
Process) yang diajukan oleh Saaty (1980) yang apabila dikombinasikan dengan
SCOR akan menghasilkan masukan objek pengukuran yang dibutuhkan.
AHP sebenarnya merefleksikan bagaimana orang-orang bertindak dan
berpikir. Dengan modelling ini dapat mempermudah seorang pengambil keputusan
untuk melakukan supply chain yang paling efisien.
REFERENSI
1. Samuel H. Huan, Sunil K. Sheoran and Ge Wang "A review and analysis of supply chain operations reference (SCOR) model," Supply Chain Management : An International Journal Volume 9 – Number 1, Emerald Group Publishing Limited, 2004.
2. http://supply-chain.org/scor
3. Short Case : Rock-It Cargo
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process