Sebuah perusahaan yang profit oriented harus juga mengutamakan etika dalam berbisnis salah satu kasus yang akan dibahas adalah saat PT Astra Daihatsu Motor menarik kembali 3.227 unit Sirion dikarenakan terdapat cacat produksi, dan PT Astra Daihatsu Motor berani bertanggung jawab dengan melakukan recall demi kemanan dan kenyamanan penggunanya.
Untuk artikel lengkapnya dapat dibaca di sini http://www.bekasi.suarajabar.com/ekonomi/bisnis/144-pt-astra-daihatsu-motor-menarik-kembali-3227-unit-sirion
Ada beberapa pertanyaan yang muncul :
Pertanyaan 1 : Jelaskan apakah tindakan menarik kembali produk Daihatsu Sirion itu merupakan tindakan yang tepat bagi bisnis. Apakah langkah bisnis tersebut sudah sesuai dengan prinsip untuk mengutamakan caveat vendor bukannya caveat emptor? Jelaskan argumentasi anda.
Karena adanya tetesan air yang keluar dari selang pembuangan air AC yang menetes bagian steering rack dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan karat dan pada kondisi terburuk fungsi steering rack dapat terganggu maka PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menarik kembali (recall) 3.227 unit Sirion yang diproduksi sejak Januari 2008 - Maret 2011. Tindakan untuk menarik kembali produk (recall) Daihatsu Sirion merupakan tindakan yang tepat bagi bisnis. Dan sudah sesuai dengan prinsip yang mengutamakan caveat vendor (penjual yang perduli) dan bukannya caveat emptor (pembeli yang perduli).
Perusahaan memang seharusnya bersifat lebih perduli terhadap produk yang dihasilkannya : apakah aman bagi penggunanya, memberikan informasi yang jelas (mengenai tata cara penggunaan produk, mungkin informasi berapa kali diperlukan untuk perawatan untuk produk mobil, dan reminder kepada pengguna apabila telah jatuh tempo untuk perawatan berkala) karena asumsinya konsumen dan produsen tidak dalam posisi yang sama karena berbagai faktor. Karena keahlian dan pengetahuannya, produsen cenderung berada dalam posisi lebih menguntungkan dibanding konsumen. Terlebih lagi mobil-mobil produksi sekarang sudah serba terkomputerisasi dan perawatannya pun tidak dapat dilakukan secara manual tetapi harus menggunakan alat terkomputerisasi tersendiri untuk melakukan penge-check-an bagian-bagian yang mengalami kerusakan. Untuk perawatan berkala pun harus dilakukan di bengkel resmi yang bekerja sama dengan produsen mobil tersebut.
Mobil banyak digunakan oleh orang Indonesia khsususnya di Jakarta untuk bekerja, berbelanja, berwisata dan bepergian keluar kota sehingga utilitasnya pun sangat tinggi. Dan penggunanya pun tidak dapat dikatakan sedikit jumlah kendaraan bermotor pribadi roda empat tahun 2009 saja terdapat 17.350.000 kendaraan. Sekali saja terjadi cacat produksi dapat berakibat fatal bagi penggunanya dan berakibat fatal juga bagi perusahaan apabila tidak dilakukan penanganan serius.
Terlebih lagi kecenderungan orang Indonesia sebagai pemakai kurang memperhatikan dari sisi perawatan, berapa persen dari pemilik mobil yang membaca secara detil buku manual sebelum menggunakan mobil, berapa persen dari pembeli mobil yang paham akan mesin mobil, tentunya prosentasenya sangat kecil sekali. Kecenderungannya pemakai di Indonesia sangat bergantung sekali dengan kualitas produksi dari produsen. Sehingga apabila terdapat sedikit saja cacat produksi yang disembunyikan oleh produsen mobil tentu saja dapat berakibat fatal bagi pengguna kendaraan.
Tetapi meskipun begitu produsen dapat saja terkena getahnya apabila menyembunyikan cacat produksi, antara lain jika terjadi kecelakaan karena kegagalan produk maka kepercayaan konsumen terhadap produk pun akan menurun. Implikasinya ketidakpercayaan konsumen akan merambah ke produk-produk yang lain bahkan menjadi ketidakpercayaan terhadap sebuah merk secara keseluruhan. Akibatnya justru merugikan produsen sendiri dalam jangka panjang. Dan produsen harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memperbaiki kembali tingkat kepercayaan dari konsumen.
Masih teringat kasus Nissan Juke yang menabrak tiang listrik, terbakar habis di depan Gedung Mid Plaza, Sudirman, Jakarta Pusat, dan menewaskan pengemudinya Olivia Dewi, seorang gadis muda berumur 17 tahun, bulan Maret yang lalu. Semenjak saat itu penjualan Nissan Juke mengalami penurunan drastis dan produk tersebut di cap sebagai produk yang kurang safety meskipun tidak terdapat bukti yang terungkap bahwa penyebab kecelakaan tersebut dikarenakan kegagalan produk. Atau kasus jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di gunung salak bulan Mei yang lalu. Setelah kejadian tersebut para operator penerbangan di seluruh dunia akhirnya membatalkan transaksi pembelian pesawat Sukhoi yang mungkin nilainya dari milyaran sampai trilyunan rupiah.
Beberapa industri pertambangan, dan juga industri manufaktur memang seharusnya sangat memperhatikan keselamatan kerja. Begitu pula dengan industri kendaraan bermotor. Dengan mobilitas yang sangat tinggi akhir-akhir ini mobil dan motor sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang.
Di industri mobil keselamatan pengguna adalah hal yang utama. Cacat produksi pada mobil dapat berakibat fatal dan dapat mencelakakan pengguna mobil itu sendiri dan pengguna lain di jalan raya. Menurut fakta yang diambil di negara paman Sam Kecelakaan dan kerugian karena produk: di AS 3.000.000 orang terluka, 2.000.000 orang masuk RS, 500.000 orang cacat permanen karena produk mainan, perkakas rumah-tangga, & alat olah-raga; Kecelakaan kendaraan bermotor (th 2003): 56.270 per minggu, kematian 117 per hari, kerugian finansial $479 juta per hari.
Dari jual-beli mobil bekas banyak pembeli-pembeli yang mengurunkan niatnya untuk membeli mobil bekas dan akhirnya memilih membeli mobil baru dikarenakan ketidakpercayaan terhadap kualitas mobil-mobil bekas tersebut. Di sini dapat dilihat bahwa kepercayaan terhadap kualitas mobil baru masih tinggi. Sekali kepercayaan itu dirusak maka butuh waktu yang lama dan mdal yang besar untuk mengembalikan kepercayaan tersebut.
Recall pun bukan sebuah akhir dari bisnis mobil, diluar negeri recall adalah sebuah komitmen perusahaan otomotif untuk menjaga kualitasnya. Hampir mungkin semua perusahaan otomotif dunia sudah pernah melakukan recall. Dan semuanya dilakukan untuk keamanan pengguna, menjaga kualitas, dan keberlanjutan di dalam bisnis.
Pertanyaan 2 : Adakah adagium "Let's the seller take care" seperti dalam kasus ini dapat diterapkan di dalam lingkup bisnis yang memproduksi jasa? Uraikan contoh-contoh kasus yang anda ketahui dan bagimana pengaruhnya terhadap integritas produk di masa mendatang.
Dalam industri jasa adagium “Let’s the seller take care” tentu saja harus diterapkan. Sebagai salah contoh industri jasa saya ambil pendekatan produk training yang kami lakukan di floatway. Perusahaan kami PT. Floatway Systems adalah perusahaan yang menghasilkan produk dan juga perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Di bidang produk floatway menghasilkan alat yang digunakan oleh industri otomotif untuk melakukan checking pada kabel harness. Sedangkan di bidang jasa kami mengadakan training untuk para engineer di bidang telekomunikasi seluler. Kebetulan kami semua berlatar belakang dari Teknik Elektro dan melihat ada peluang yang bagus di kedua bisnis tersebut.
Selanjutnya akan diuraikan dalam artikel ini mengapa pada industri jasa juga harus menerapkan adagium “Let’s the seller take care” dilihat dari sisi penyedia jasa pendidikan (sekolah, perguruan tinggi dan profesional training).
Setiap konsumen pasti mengharapkan sebuah output atau sebuah value yang diinginkan apabila membeli sebuah barang atau jasa. Dalam industri jasa pendidikan, seminar atau training para pembelajar atau peserta pasti menginginkan output tertentu. Beberapa output yang diinginkan antara lain sebagai peningkatan kelas keilmuan seseorang, tambahan pengetahuan, penunjang karir, sebagai pengingat kembali atau value-value lainnya.
Kemudian dari sisi penyelenggara jasa pendidikan baik itu sekolah, perguruan tinggi ataupun training juga diwajibkan memberikan informasi “kira-kira output apa saja yang dapat diperoleh oleh pengguna setelah melalui training ini.” Dan melakukan cross check setelah training atau perkuliahan apakah benar ilmu yang telah dipelajari di training atau perkuliahan outputnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan Sekolah
Dimulai dari bangku pendidikan sekolah seharusnya para pelaku pendidikan sekolah (terutama SMU/SMK) memberikan informasi dan arahan apa yang akan diperoleh apabila mempelajari sesuatu hal tertentu. Dalam pendidikan saat ini sepertinya anak-anak didik kita dicekoki dengan rumus-rumus matematika, fisika yang luar biasa banyaknya dan tidak tahu apa kegunaannya padahal tidak semua anak-anak memiliki kemampuan yang sama di bidang tersebut mungkin ada anak yang tidak kuat di analisis matematis tetapi kuat di hafalan.
Tidak selamanya orang-orang yang masuk ke ke kelas IPS lebih rendah kastanya daripada mereka yang masuk ke kelas IPA. Padahal kita diketahui penggerak dan petinggi bangsa ini adalah dari mereka yang berasal dari latar belakang non eksakta (non IPA).
Pemahaman-pemahaman seperti inilah yang harus diberikan oleh para pelaku pendidikan baik guru atau pihak yang lain di sekolah. Sehingga murid-murid yang masuk ke jurusan IPS tidak minder dan memantapkannya untuk menekuni bidang non eksakta di jenjang yang lebih tinggi. Penulis sendiri sebenarnya berlatar belakang dari teknik elektro dan sangat menyukai IPA saat di bangku sekolah tetapi setelah mengikuti kuliah S2 di MM UGM terbuka wawasannya untuk melihat dunia dari kacamata yang lebih luas.
Perguruan Tinggi
Di bangku perkuliahan kasus lain terjadi setelah beberapa tahun bergulat di bangku kuliah mahasiswa semester akhir biasanya tidak tahu bagaimana akan melanjutkan hidupnya. Tidak ada link and match antara dunia industri dengan dunia perkuliahan.
Di sinilah adagium "Let's the seller take care" diperlukan sehingga perguruan tinggi tidak berlomba-lomba untuk “banyak-banyakan” jumlah mahasiswa yang diluluskan per tahun dan akhirnya menumpuk menjadi pengangguran intelektual karena tidak terdapatnya lowongan kerja yang memadai. Perguruan tnggi juga berkewajiban memberikan pengetahuan tentang dunia kerja, ketrampilan spesifik yang diperlukan di dunia industri atau riset bersama antara dunia kampus dan dunia industri, atau justru lebih baik mempersiapkan menjadi entrepreneur muda yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi.
Salah satu cara untuk memberikan informasi dunia kerja antara lain dengan mendatangkan alumni-alumni ke lingkungan kampus. Para alumni dapat bercerita tahapan-tahapan apa yang harus disiapkan untuk sukses karir di industri tertentu, mengadakan kerja praktek, mengadakan company visit supaya mahasiswa mengerti bagaimana bisnis proses di perusahaan tertentu dan mempersiapkan sejak dini di bangku perkuliahan. Dan juga dapat mengadakan riset bersama antara kampus dengan universitas.
Banyak sekali hasil-hasil skripsi S1, thesis S2 bahkan disertasi S3 yang akhirnya hanya teronggok begitu saja di perpustakaan kampus, dengan kerjasama link and match akan terdapat keuntungan bagi semua pihak. Di sisi perusahaan mendapatkan keuntungan karena problem di organisasinya terpecahkan berdasarkan penelitian yang terstruktur. Pihak universitas mendapat informasi baru dari dunia praktisi dan mahasiswa pun paling tidak merasa puas karena penelitian yang digunakannya bisa secara nyata digunakan di dunia industri.
Hal ini bisa tercapai apabila pemangku kebijakan pendidikan perguruan tinggi benar-benar menerapkan caveat vendor sehingga para mahasiswa tidak khawatir dengan aplikasi ilmunya yang didapatkan di bangku kuliah.
Beberapa jurusan-jurusan favorit di bangku kuliah rata-rata dikarenkan daya serap lulusan jurusan tersebut di industri tinggi. Jurusan-jurusan favorit tersebut antara lain beberapa jurusan teknik, jurusan ekonomi , jurusan akutansi, jurusan kesehatan dan kedokteran. Sudah dapat diprediksi lulusan dari jurusan-jurusan tersebut cepat mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Padahal masih banyak profesional-profesional lain diluar bidang-bidang tersebut yang apabila ditekuni dapat memberikan masa depan yang baik.
Training Professional
Terakhir akan kita bahas bagaimana pentingnya adagium "Let's the seller take care" diperlukan didalam Training Professional. Banyak sekali jenis-jenis training professional saat ini dan beberapa lembaga atau organisasi umumnya menyasar kepada materi yang sangat spesifik, materi yang setelah training dilakukan selama beberapa hari atau beberapa minggu peserta diharapkan dapat langsung melakukan suatu pekerjaan secara spesifik.
Banyak perusahaan-perusahaan yang memiliki tempat training mandiri sehingga semua karyawan baru akan langsung paham yang harus dilakukan di pekerjaan sehari-harinya. Dalam training output yang diharapkan sangatlah jelas, tidak bertele-tele dan tidak berpanjang lebar tetapi sangat spesifik. Meskipun begitu tetap saja adagium "Let's the seller take care" perlu dievaluasi secara terus menerus sehingga silabus di dalam training tidak jauh melenceng dari output yang diharapkan.
Jumat, 22 Juni 2012
Sabtu, 16 Juni 2012
Perlunya mengetahui dan menganalisa laporan keuangan bagi seorang Entrepreneur
Sebelum terjun menjadi seorang entrepreneur mungkin seorang engineer sangat ahli dalam membuat sebuah produk, seorang sales dan marketing sangat ahli dalam menjual dan memasarkan, seorang finance sangat ahli dalam analisis keuangan dan kesemuanya memiliki ilmu-ilmu yang sangat spesifik dan spesialist.
Bagi seorang entrepreneur yang baru terjun kedalam kawah candra dimukanya bisnis, semua keahlian harus dimiliki seorang entrepreneur bagaikan seorang CEO atau direktur perusahaan yang mengetahui semua sisi perusahaan mulai dari produk, sales, marketing, human resource, general affair dan juga analisis keuangan. Tidak heran kalau seorang entrepreneur dituntut serba bisa. Bagaikan seorang mahasiswa MBA yang dituntut serba bisa di semua aspek perusahaan.
Sudah kita bahas di artikel-artikel pentingnya laporan keuangan perusahaan bagi seorang entrepreneur. Kenapa? karena laporan keuangan adalah pengukuran wajib bagi sebuah perusahaan meskipun terdapat pengukuran lain diluar laporan keuangan yang dapat dibuat untuk mengukur performansi secara internal. Dengan laporan keuangan kita dapat mengukur apakah performansi perusahaan bergerak maju, stagnan atau malah cenderung menurun. Laporan keuangan juga menjadi standar wajib bagi perbankan untuk memperoleh kredit, lampiran dalam pelaporan pajak dan lampiran tender dalam proyek-proyek besar pemerintah atau swasta.
Di kalangan orang awam tingkat kesuksesan seorang karyawan diukur dari berapa jumlah penghasilan perbulan atau pertahun yang bisa didapatkan, sedangkan kesuksesan seorang entrepreneur dilihat dari seberapa besar jumlah omzet atau sales atau penjualannya. Dan juga jumlah karyawan yang dipekerjakan juga menjadi tolok ukur kesuksesan seorang entrepreneur di mata orang awam. Bagi orang-orang yang mengerti bidang manajemen banyak hal yang dapat menjadi tolok ukur kesuksesan seorang entrpreneur antara lain berapa margin atau profit atau keuntungan dari perusahaan yang dijalankan oleh si entrepreneur. Jika penjualan tinggi tetapi biaya operasional juga tinggi maka keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sangat rendah. Bahkan jika biaya operasional lebih tinggi maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam laporan keuangan kita dapat mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian. Berapa biaya operasional yang dikeluarkan per tahun dan bagaimana menghemat biaya operasional sehingga keuntungan perusahaan meningkat.
Bagi seorang entrepreneur yang baru terjun kedalam kawah candra dimukanya bisnis, semua keahlian harus dimiliki seorang entrepreneur bagaikan seorang CEO atau direktur perusahaan yang mengetahui semua sisi perusahaan mulai dari produk, sales, marketing, human resource, general affair dan juga analisis keuangan. Tidak heran kalau seorang entrepreneur dituntut serba bisa. Bagaikan seorang mahasiswa MBA yang dituntut serba bisa di semua aspek perusahaan.
Sudah kita bahas di artikel-artikel pentingnya laporan keuangan perusahaan bagi seorang entrepreneur. Kenapa? karena laporan keuangan adalah pengukuran wajib bagi sebuah perusahaan meskipun terdapat pengukuran lain diluar laporan keuangan yang dapat dibuat untuk mengukur performansi secara internal. Dengan laporan keuangan kita dapat mengukur apakah performansi perusahaan bergerak maju, stagnan atau malah cenderung menurun. Laporan keuangan juga menjadi standar wajib bagi perbankan untuk memperoleh kredit, lampiran dalam pelaporan pajak dan lampiran tender dalam proyek-proyek besar pemerintah atau swasta.
Why might someone interviewing for an entry level job have a better shot at getting a good job if he or she had a good grasp of financial management?
Managers want to hire people who can make decisions with the broader goal of corporate value maximization in mind because investors are forcing top managers to focus on value maximization.
Di kalangan orang awam tingkat kesuksesan seorang karyawan diukur dari berapa jumlah penghasilan perbulan atau pertahun yang bisa didapatkan, sedangkan kesuksesan seorang entrepreneur dilihat dari seberapa besar jumlah omzet atau sales atau penjualannya. Dan juga jumlah karyawan yang dipekerjakan juga menjadi tolok ukur kesuksesan seorang entrepreneur di mata orang awam. Bagi orang-orang yang mengerti bidang manajemen banyak hal yang dapat menjadi tolok ukur kesuksesan seorang entrpreneur antara lain berapa margin atau profit atau keuntungan dari perusahaan yang dijalankan oleh si entrepreneur. Jika penjualan tinggi tetapi biaya operasional juga tinggi maka keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sangat rendah. Bahkan jika biaya operasional lebih tinggi maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam laporan keuangan kita dapat mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian. Berapa biaya operasional yang dikeluarkan per tahun dan bagaimana menghemat biaya operasional sehingga keuntungan perusahaan meningkat.
Kamis, 14 Juni 2012
Research Methodology in Operational Management
Thesis merupakan syarat kelulusan terakhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa S2. Sebagian mahasiswa mungkin sudah tidak sabar untuk menjalaninya (katanya proses riset adalah proses yang menyenangkan karena kita tidak tahu apa yang berada di akhir riset), tetapi ada yang masih kebingungan untuk mencari judul yang tepat, ada juga yang mengerjakan tidak dengan sepenuh hati dan dibarengi dengan kesibukan-kesibukan kantor thesis yang sedang dijalankan jadi tertunda selama bertahun-tahun.
Pak Adi dosen di Operational Management mengatakan bahwa thesis harus dilakukan dengan sepenuh hati, pemilihan judul dan bahan-bahan thesis haruslah sesuatu yang berguna bagi penulis thesis. Sesuatu masalah yang belum terpecahkan di operasional sehari-hari di kantor. Meskipun sederhana tapi implikasinya besar ke kehidupan sehari-hari, itulah judul yang tepat.
Di perkuliahan S2 mahasiswa yang melakukan thesis diharapkan memberikan implikasi nyata ke bisnis. Prof. Wihana Kirana menyebutkan research flow chart untuk mereka yang duduk di bangku S2 mempunyai urut-urutan seperti berikut.
Setiap organisasi bisnis memiliki permasalahan yang kompleks. Dan setiap problem dapat dipecahkan dengan riset yang terstruktur. Dimulai dari permasalahan bisnis yang muncul, pendekatan teori, modelling, pengambilan hypothesis penelitian, penentuan methodology, pengambilan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, memecahkan problem yang terdapat di organisasi bisnis dan akhirnya berimplikasi terhadap perkembangan bisnis.
Methodology sebenarnya adalah sebuah alat untuk melakukan penelitian. Dalam jurnal-jurnal yang berkaitan dengan Operational Management terdapat empat klasifikasi methodology penelitian yaitu :
Ada beberapa note dari hasil diskusi kelas dengan Pak Adi :
Apakah beberapa metode dapat dikombinasikan ke dalam satu tulisan? Jawabannya bisa banyak thesis yang mengkombinasikan beberapa metode.
Pertanyaan apa yang muncul ketika kita menggunakan methodology case research? Jawab : Methodology case research adalah acuan bagi perusahaan lain untuk menggunakan solusi pemecahan yang sama seperti pada perusahaan yang menjadi contoh kasus. Pertanyaannya yang sering timbul adalah apakah kasus yang diambil benar-benar dapat berguna untuk perusahaan lain ? Untuk menjawabnya paling tidak kita harus merujuk pada paragraf awal di artikel ini yaitu semua riset yang dikerjakan paling tidak berguna untuk menjawab pertanyaan di permasalahan perusahaan sendiri.
Apa yang dimaksud dengan Action Research? Jawab : Action Research lebih mementingkan action yang dilakukan daripada sekedar penelitian secara tulisan. Action Research bertindak sebagai agent of change di dalam perusahaan dan dilakukan satu waktu saat thesis dikerjakan. Beberapa kriteria action research bisa dilihat pada slide dibawah.
Bagaimana dengan modelling? Jawab : Modelling adalah metode yang paling sering dipakai oleh para mahasiswa. Pak Adi mengharapkan modelling benar-benar merepresentasikan peristiwa yang terjadi dalam perusahaan. Apabila tidak cocok dan banyak faktor lain diluar model yang ternyata mempengaruhi model tersebut harus diperbaiki dan disempurnakan.
Oke begitu saja diskusi tentang persiapan thesisnya. Berikut presentasi mengenai Research Methodology di Operational Management
Pak Adi dosen di Operational Management mengatakan bahwa thesis harus dilakukan dengan sepenuh hati, pemilihan judul dan bahan-bahan thesis haruslah sesuatu yang berguna bagi penulis thesis. Sesuatu masalah yang belum terpecahkan di operasional sehari-hari di kantor. Meskipun sederhana tapi implikasinya besar ke kehidupan sehari-hari, itulah judul yang tepat.
Di perkuliahan S2 mahasiswa yang melakukan thesis diharapkan memberikan implikasi nyata ke bisnis. Prof. Wihana Kirana menyebutkan research flow chart untuk mereka yang duduk di bangku S2 mempunyai urut-urutan seperti berikut.
Setiap organisasi bisnis memiliki permasalahan yang kompleks. Dan setiap problem dapat dipecahkan dengan riset yang terstruktur. Dimulai dari permasalahan bisnis yang muncul, pendekatan teori, modelling, pengambilan hypothesis penelitian, penentuan methodology, pengambilan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, memecahkan problem yang terdapat di organisasi bisnis dan akhirnya berimplikasi terhadap perkembangan bisnis.
Methodology sebenarnya adalah sebuah alat untuk melakukan penelitian. Dalam jurnal-jurnal yang berkaitan dengan Operational Management terdapat empat klasifikasi methodology penelitian yaitu :
- Survey Research
- Case Research
- Action Research
- Modelling
Ada beberapa note dari hasil diskusi kelas dengan Pak Adi :
Apakah beberapa metode dapat dikombinasikan ke dalam satu tulisan? Jawabannya bisa banyak thesis yang mengkombinasikan beberapa metode.
Pertanyaan apa yang muncul ketika kita menggunakan methodology case research? Jawab : Methodology case research adalah acuan bagi perusahaan lain untuk menggunakan solusi pemecahan yang sama seperti pada perusahaan yang menjadi contoh kasus. Pertanyaannya yang sering timbul adalah apakah kasus yang diambil benar-benar dapat berguna untuk perusahaan lain ? Untuk menjawabnya paling tidak kita harus merujuk pada paragraf awal di artikel ini yaitu semua riset yang dikerjakan paling tidak berguna untuk menjawab pertanyaan di permasalahan perusahaan sendiri.
Apa yang dimaksud dengan Action Research? Jawab : Action Research lebih mementingkan action yang dilakukan daripada sekedar penelitian secara tulisan. Action Research bertindak sebagai agent of change di dalam perusahaan dan dilakukan satu waktu saat thesis dikerjakan. Beberapa kriteria action research bisa dilihat pada slide dibawah.
Bagaimana dengan modelling? Jawab : Modelling adalah metode yang paling sering dipakai oleh para mahasiswa. Pak Adi mengharapkan modelling benar-benar merepresentasikan peristiwa yang terjadi dalam perusahaan. Apabila tidak cocok dan banyak faktor lain diluar model yang ternyata mempengaruhi model tersebut harus diperbaiki dan disempurnakan.
Oke begitu saja diskusi tentang persiapan thesisnya. Berikut presentasi mengenai Research Methodology di Operational Management
Research method in operations management final
View more PowerPoint from indonesiabelajar
Supaya tidak terlalu serius saya sertakan video yang cukup lucu mengenai lika-liku mahasiswa saat sedang mengerjakan thesis
Supaya tidak terlalu serius saya sertakan video yang cukup lucu mengenai lika-liku mahasiswa saat sedang mengerjakan thesis
Minggu, 10 Juni 2012
Technology Push or Market Pull Strategy
Dalam Supply Chain Management ada dua cara bagaimana sebuah produk dapat sampai ke tangan customer. Pertama adalah "Push" (We sell what we can make) dan "Pull" (We make what we can sell).
Metode Technology Push
Yang dimaksud dengan metode push adalah barang di stock di toko-toko dan modern supermarket dari pabrik. Metode ini biasa digunakan untuk semua produk-produk yang ada di carrefour, giant, lottemart, alfamart, indomaret dan toko-toko lainnya. Kelemahannya pihak produsen harus memikirkan inventory dan channel distribusi dengan baik.
Metode Market Pull
Sedangkan pada metode kedua, metode pull produsen baru akan memproduksi barang apabila ada pesanan. Metode ini bisa dikombinasikan dengan direct sales dimana produsen langsung menjual barangnya contohnya seperti Dell dan nulisbuku.com.
Synnex international adalah satu agen distribusi yang mendukung metode pull ini. Dimana Synnex lebih memilih mendistribusikan barang dalam jumlah kecil dengan berbagai macam varian untuk sebuah toko dibandingkan dengan jumlah besar. Mengapa begitu ? Jawabannya bisa dilihat pada slide berikut.
Metode Technology Push
Yang dimaksud dengan metode push adalah barang di stock di toko-toko dan modern supermarket dari pabrik. Metode ini biasa digunakan untuk semua produk-produk yang ada di carrefour, giant, lottemart, alfamart, indomaret dan toko-toko lainnya. Kelemahannya pihak produsen harus memikirkan inventory dan channel distribusi dengan baik.
Metode Market Pull
Sedangkan pada metode kedua, metode pull produsen baru akan memproduksi barang apabila ada pesanan. Metode ini bisa dikombinasikan dengan direct sales dimana produsen langsung menjual barangnya contohnya seperti Dell dan nulisbuku.com.
Synnex international adalah satu agen distribusi yang mendukung metode pull ini. Dimana Synnex lebih memilih mendistribusikan barang dalam jumlah kecil dengan berbagai macam varian untuk sebuah toko dibandingkan dengan jumlah besar. Mengapa begitu ? Jawabannya bisa dilihat pada slide berikut.
Apa yang membuat perusahaan bertahan (berkembang) dalam jangka waktu lama ?
Apakah yang membuat perusahaan bertahan (berkembang) dalam jangka waktu lama? Salah satu jawabannya adalah inovasi. Ada faktor lain yang mendukung juga yaitu strategi. Keduanya dapat menjadi sebuah hal yang tidak terpisahkan atau inovasi adalah bagian dari strategi perusahaan. Pada artikel ini kita akan menitik beratkan pembahasan mengenai inovasi.
Apabila kita ditanya mengenai inovasi, pikiran kita paling tidak tertuju pada inovasi produk. Padahal segi inovasi tidak hanya melulu masalah produk ada juga inovasi di sisi material dimana dengan inovasi ini harga pokok produksi (HPP) bisa diminalisir dan keuntungan naik, di sisi lain ada inovasi yang bisa kita lakukan di sisi operasi sehingga berimplikasi juga pada menurunnya harga pokok produksi. Inovasi bisa juga dilakukan di sisi marketing sehingga penjualan meningkat, dengan penjualan yang meningkat keuntungan perusahaan pun meningkat. Kesimpulannya inovasi perusahaan dapat dilakukan di semua bagian tidak hanya di sisi produk tetapi juga di sisi material, sisi operasi, marketing dan distribusi.
Inovasi Produk
Bagaimana strategi inovasi produk dilakukan? Kapan sebaiknya kita melakukan inovasi produk? Untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa mengacu pada Product Life Cycle (PLC). Pada PLC terlihat bahwa sebuah produk memiliki siklus hidup layaknya seorang manusia yaitu pada masa "Introduction" masa-masa awal kemunculan produk, masa "Growth" masa-masa dimana customer mulai banyak, masa "Maturity" masa-masa perusahaan mendapatkan banyak keuntungan dan masa "Decline" masa inilah yang tepat untuk meluncurkan produk baru sehingga PLC akan berulang lagi.
Tetapi tidak semua perusahaan meluncurkan produk baru disaat "Decline" banyak juga perusahaan-perusahaan yang memunculkan inovasi produk baru disaat produk yang sebelumnya di masa "Maturity." Hal ini biasanya dilakukan oleh produk-produk teknologi. Contohnya perusahaan Apple : saat iPhone masih mengalami kejayaan Apple dengan berani mengeluarkan produk iPad.
Berikut beberapa PLC pattern yang umum di dunia bisnis.
So lakukan review pada produk perusahaan Anda jika "Decline" segera luncurkan produk baru yang inovatif. Next artikel kita akan membahas bagaimana strategi dapat membuat perusahaan tetap bertahan bahkan bertambah besar.
Apabila kita ditanya mengenai inovasi, pikiran kita paling tidak tertuju pada inovasi produk. Padahal segi inovasi tidak hanya melulu masalah produk ada juga inovasi di sisi material dimana dengan inovasi ini harga pokok produksi (HPP) bisa diminalisir dan keuntungan naik, di sisi lain ada inovasi yang bisa kita lakukan di sisi operasi sehingga berimplikasi juga pada menurunnya harga pokok produksi. Inovasi bisa juga dilakukan di sisi marketing sehingga penjualan meningkat, dengan penjualan yang meningkat keuntungan perusahaan pun meningkat. Kesimpulannya inovasi perusahaan dapat dilakukan di semua bagian tidak hanya di sisi produk tetapi juga di sisi material, sisi operasi, marketing dan distribusi.
Inovasi Produk
Bagaimana strategi inovasi produk dilakukan? Kapan sebaiknya kita melakukan inovasi produk? Untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa mengacu pada Product Life Cycle (PLC). Pada PLC terlihat bahwa sebuah produk memiliki siklus hidup layaknya seorang manusia yaitu pada masa "Introduction" masa-masa awal kemunculan produk, masa "Growth" masa-masa dimana customer mulai banyak, masa "Maturity" masa-masa perusahaan mendapatkan banyak keuntungan dan masa "Decline" masa inilah yang tepat untuk meluncurkan produk baru sehingga PLC akan berulang lagi.
Tetapi tidak semua perusahaan meluncurkan produk baru disaat "Decline" banyak juga perusahaan-perusahaan yang memunculkan inovasi produk baru disaat produk yang sebelumnya di masa "Maturity." Hal ini biasanya dilakukan oleh produk-produk teknologi. Contohnya perusahaan Apple : saat iPhone masih mengalami kejayaan Apple dengan berani mengeluarkan produk iPad.
Berikut beberapa PLC pattern yang umum di dunia bisnis.
So lakukan review pada produk perusahaan Anda jika "Decline" segera luncurkan produk baru yang inovatif. Next artikel kita akan membahas bagaimana strategi dapat membuat perusahaan tetap bertahan bahkan bertambah besar.
Sabtu, 09 Juni 2012
Pentingnya Performance Measurement Untuk Kinerja Pengukuran Manajemen
Setelah hampir dua tahun perusahaan floatway berjalan kita sedang disibukkan dengan penyusunan bagaimana standar pengukuran untuk kinerja manajemen. Di perusahaan-perusahaan yang sudah mapan mereka selalu memonitor kinerja manajemen dengan standar tertentu, melakukan benchmarking dengan manajer-manajer lain yang melakukan kegiatan sejenis dan mengevealuasi apakah pengukuran kinerja manajemen sudah berjalan optimal dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Yang kami pahami adalah pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan adalah tidak cukup. Laporan keuangan adalah standar baku yang dapat dipahami oleh setiap orang di lingkungan luar perusahaan tapi di internal pengukuran berdasarkan laporan keuangan saja tidaklah cukup, harus ada pengukuran lain sebagai acuan dan memperlihatkan kinerja manajemen.
Sebagai salah satu contoh sebuah hotel bisa dikatakan untung berdasarkan laporan keuangannya tetapi apakah utilisasi kamarnya tinggi ? Apabila utilisasi kamarnya masih rendah berarti manajemen belum bekerja dengan baik. Di sisi lain bagaimana dengan pengolahan limbah hotel. Jika pengolahan limbah masih belum dilakukan secara baik berarti kinerja manajemen juga belum baik. Karena pada saat ini perusahaan selain dituntut untuk profit oriented juga environmental friendly.
Sama halnya juga dengan transportasi pesawat terbang dan telekomunikasi. Rute-rute yang sepi penumpangya frekuensi penerbangan di rute tersebut pun akan di review. Di telekomunikasi BTS yang menangani trafik rendah dan utilisasi kanal rendah kapasitasnya pun akan dikurangi, di-rebalancing ke BTS lain yang trafiknya tinggi dan utilisasi kanalnya tinggi.
Pertanyaannya bagaimana pengukuran kinerja pada perusahaan service yang kebanyakan layanannya bersifat intangible atau tidak kasat mata? Itulah sebabnya setiap perusahaan memiliki standar sendiri-sendiri untuk mengukur dan memonitor kinerja mereka, dilakukan evaluasi dan dilakukan perbaikan. Sebagai contoh kebetulan penulis sebelumnya melakukan company visit ke Unilever. Unilever menggunakan Total Productive Maintenance (TPM) untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan. Saat itu unilever pun menjelaskan KPI (Key Performance Indicator) apa saja yang tercakup di TPM.
So semoga saja floatway menemukan cara-cara yang terbaik untuk mengukur kinerja manajemen.
Berikut salah satu case contoh dimana perusahaan global Nypro yang bergerak di bidang plastic molding merasa perlu untuk melakukan update dari laporan kinerja manajemen setelah lebih dari 30 tahun menggunakan format pengukuran yang sama.
Yang kami pahami adalah pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan adalah tidak cukup. Laporan keuangan adalah standar baku yang dapat dipahami oleh setiap orang di lingkungan luar perusahaan tapi di internal pengukuran berdasarkan laporan keuangan saja tidaklah cukup, harus ada pengukuran lain sebagai acuan dan memperlihatkan kinerja manajemen.
What cannot be defined, cannot be measured; what cannot be measured cannot be improved, and what cannot be improved will eventually deteriorate.
Sebagai salah satu contoh sebuah hotel bisa dikatakan untung berdasarkan laporan keuangannya tetapi apakah utilisasi kamarnya tinggi ? Apabila utilisasi kamarnya masih rendah berarti manajemen belum bekerja dengan baik. Di sisi lain bagaimana dengan pengolahan limbah hotel. Jika pengolahan limbah masih belum dilakukan secara baik berarti kinerja manajemen juga belum baik. Karena pada saat ini perusahaan selain dituntut untuk profit oriented juga environmental friendly.
Sama halnya juga dengan transportasi pesawat terbang dan telekomunikasi. Rute-rute yang sepi penumpangya frekuensi penerbangan di rute tersebut pun akan di review. Di telekomunikasi BTS yang menangani trafik rendah dan utilisasi kanal rendah kapasitasnya pun akan dikurangi, di-rebalancing ke BTS lain yang trafiknya tinggi dan utilisasi kanalnya tinggi.
Pertanyaannya bagaimana pengukuran kinerja pada perusahaan service yang kebanyakan layanannya bersifat intangible atau tidak kasat mata? Itulah sebabnya setiap perusahaan memiliki standar sendiri-sendiri untuk mengukur dan memonitor kinerja mereka, dilakukan evaluasi dan dilakukan perbaikan. Sebagai contoh kebetulan penulis sebelumnya melakukan company visit ke Unilever. Unilever menggunakan Total Productive Maintenance (TPM) untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan. Saat itu unilever pun menjelaskan KPI (Key Performance Indicator) apa saja yang tercakup di TPM.
So semoga saja floatway menemukan cara-cara yang terbaik untuk mengukur kinerja manajemen.
Berikut salah satu case contoh dimana perusahaan global Nypro yang bergerak di bidang plastic molding merasa perlu untuk melakukan update dari laporan kinerja manajemen setelah lebih dari 30 tahun menggunakan format pengukuran yang sama.
Warren Buffet's Investment Philosophy
We know Warren Buffet as one of richest people in the world. Slideshow below show milestone of Buffet's investment, his businesses portofolio and his philosophy on investement.
Langganan:
Postingan (Atom)