Kamis, 17 Juni 2010

3 Idiots dan realitas sistem pendidikan


Farhan Qureshi, Raju Rastogi dan Rancchodas "Rancho" shyamaldas Chanchad adalah 3 orang mahasiswa teknik yang berbagi ruaangan pada sebuah domitory di sebuah kampus fiksi Imperial College of Engineering di India, salah satu tempat kuliah paling favorit di India.

Ketika kedua temannya Farhan dan Raju berasal dari keluarga tidak mampu dan berusaha untuk keluar dari kemiskinan dengan kuliah di bidang teknik, di sisi lain Rancho adalah siswa berkecukupan yang jenius dan belajar dengan motivasi yang berbeda dengan lingkungan di kampusnya.

Rancho yang selalu rangking dan mendapat nilai bagus karena mempunyai minat terhadap mesin juga seringkali bertengkar dengan Professor Viru Sahastrabudhhe (Virus), seorang professor dedengkot di kampus yang masih kolot, karena protesnya Rancho pada sistem pengajaran matakuliah kampus yang terlalu teoritis.

Pada suatu ketika Professor Virus menunjukkan bahwa pulpen adalah suatu penemuan masterpiece dengan memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengeluarkan tinta, dan menawarkan penelitian untuk penggunaan pulpen di gravitasi nol. Rancho yang cerdas menyeletuk untuk menggunakan pensil di luar angkasa.

Pelajaran yang dapat dipetik dari film 3 idiots adalah di dunia perkuliahan khususnya di bidang teknik kadang-kadang dibutuhkan sebuah praktik nyata dibandingkan teori semata. Karena yang akan kita hadapi di bangku setelah perkuliahan adalah dunia nyata dan buka dunia teori. Kadang-kadang hal yang simple dilupakan karena ita terlalu berpusing-pusing pada teori-teori yang njlimet.

Apakah dunia pendidikan kita sudah mengakomodasi sebuah praktek nyata? Saya bilang ya. Bagi saya, sewaktu duduk di bangku kuliah banyak sekali project-project dari luar yang melibatkan lembaga pendidikan. saya pikir itu sangat bagus untuk mengasah kemampuan praktikal seorang mahasiswa dan menguji tanggung jawabnya terhadap ketepatan deadline dan kepuasan customer terhadap hasil kerjanya. Begitu banyak pilihan project-project di kampus dan dapat dipilih sesuai kemampuan dan minat bagi anda yang akan mengeyam dunia pendidikan.

Jadi apakah dunia pendidikan Indonesia sebegitu kolotnya. Saya rasa beberapa pengajar mungkin masih textbook dan mengajar berdasar sesuai aturan kurikulum tidak bisa kita salahkan tetapi kita dapat memposisikan diri dan membuat kuliah lebih berwarna dengan ikut serta di project-project kampus dan sering terlibat di lab kampus yang bersifat praktikal. Jadi secara title seorang 'maha' siswa adalah seorang yang sudah dewasa dan mampu memposisikan diri sesuai minat dan bakatnya.

Pelajaran kedua adalah sikap toleransi kita sebagai makhluk sosial. Dalam lingkungan kampus tidak semua siswa mempunyai cash flow yang bagus. Beberapa mahasiswa ataupun mungkin sebagian besar ingin lepas dari keterpurukan keluarga dan ingin mengubah nasib dengan kuliah mengandalkan beasiswa. Beberapa mahasiswa mungkin tidak terlihat di beberapa matakuliah karena sedang sibuk membantu keluarga yang kekurangan atau menambah penghasilan dengan bekerja tambahan untuk biaya hidup sehari-hari dan mungkin untuk juga untuk membiayai kuliahnya. Hal seperti itu adalah hal yang wajar baik di India maupun di Indonesia. Saya berikan salam semangat untuk mereka yang kuliah dengan biaya yang diusahakan sendiri. Jangan menyerah dan tetap semangat.

Oh ya Selamat menonton seperti biasa dalam film India ada bumbu-bumbu percintaan, tari-tarian dan tangis-tangisan. Tapi ini film India yang saya rekomendasikan untuk anda tonton.

Salam

Lingga

Alumni te ugm

Tidak ada komentar: