Abstract
Tingkat kesehatan
adalah salah satu indikator kesejahteraan suatu negara. Sayangnya di Indonesia
fasilitas kesehatan yang memadai tidak menyebar secara merata di seluruh
daerah. Sebagian besar fasilitas kesehatan berkumpul di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Banyak sekali medical traveler dari wilayah
Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan
propinsi-propinsi luar Jawa lainnya datang untuk berobat ke ibukota Jakarta
karena kurangnya fasilitas di daerah asal. Faktanya adalah 75% dokter
specialist yang qualified hanya praktek di kota-kota besar.
Di sisi lain penduduk
yang tingkat perekonomiannya lebih mapan lebih memilih untuk mencari pelayanan
dan fasilitas kesehatan yang lebih baik
di negara tetangga, khususnya Singapura (hasil riset Spire Research
& Consulting, website : www.spireresearch.com). Banyak pasien yang berobat keluar
negeri karena kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di dalam negeri dan
juga kurangnya pelayanan kesehatan yang memuaskan.
Suatu kolaborasi medis, teknologi
informasi, telekomunikasi dan elektronika dapat menjawab semua tantangan
tersebut.Personal Health Watcher
adalah sebuah unit elektronis yang memungkinkan seseorang dokter atau rumah
sakit untuk memonitor kondisi kesehatan seorang.Personal Health Watcher akan dipasangkan kepada pasien dan
dihubungkan dengan beberapa biometrik sensor seperti tekanan darah, suhu badan,
kandungan gula darah, kandungan oksigen dalam darah, EKG dan sebagainya. Data-data kesehatan tersebut akan
dikirimkan ke health surveillance centre, sehingga dokter pasien dapat
mengakses kondisi pasien di aplikasi BlackBerry-nya.
Dengan menggunakan
Personal Health Watcher memungkinkan untuk dokter-dokter spesialis melakukan
pemantauan kesehatan seseorang sampai tempat terpencil dan juga dapat melakukan
tindakan-tindakan cepat apabila kondisi kritis dialami oleh pasien.
Preliminary
Personal Health Watcher adalah sebuah unit elektronis
yang memungkinkan seseorang dokter atau rumah sakit untuk memonitor kondisi
kesehatan seorang pasien baik itu dalam
masa penyembuhan, masa perawatan atau
pada saat menjaga kesehatan.
Beberapa parameter tersebut akan secara kontinyu dimonitor terus menerus dan dikirimkan ke health
surveillance centre, sebuah server yang menampung data-data medical record orang tersebut.
Personal Health Watcher akan dihubungkan dengan
beberapa biometrik sensor seperti tekanan darah, suhu badan, kandungan gula
darah, kandungan oksigen dalam darah, EKG dan sebagainya.
Personal Health Watcher juga dilengkapi dengan sebuah penerima GPS
sehingga apabila terdapat kondisi kritis pada pasien maka akan dikirimkan
sinyal darurat ke dokter atau rumah sakit yang menangani pemakai Personal
Watcher tersebut beserta lokasi pasien tersebut.
Keutamaan dari Personal Health Watcher adalah selain
data dikirimkan ke health surveillance
centre, dokter pasien juga dapat mengakses
kondisi pasien di aplikasi BlackBerry-nya.
Sehingga dalam keadaan jauh sekalipun kondisi pasien
terpantau oleh dokter atau rumah sakit dan
tindakan-tindakan cepat dapat dilakukan secepatnya apabila kondisi kritis
dialami oleh pasien.
Background
Saat ini banyak penduduk Indonesia yang lebih memilih untuk mencari
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik di negara tetangga, khususnya Singapura
(hasil riset Spire Research & Consulting, website : www.spireresearch.com).
Peluang investasi di Indonesia untuk layanan kesehatan
bertaraf internasional cukup tinggi sejalan dengan tingginya permintaan pasar
untuk hal itu. Saat ini, negeri kita belum menjadi salah satu negara tujuan medical tourism. Padahal, Warga Negara Indonesia
merupakan salah satu target utama medical
tourism comers. Banyak pasien yang berobat keluar negeri karena kurangnya
fasilitas kesehatan yang memadai di dalam negeri dan juga kurangnya pelayanan
kesehatan yang memuaskan. Diharapkan dengan adanya Personal Health Watcher
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Yang secara tidak langsung
meningkatkan pemasukan negara dalam bidang Medical
Service.
Faktor lain adalah faktor geografis negara Indonesia dan sebagian besar fasilitas kesehatannya berkumpul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Banyak sekali medical traveler dari wilayah Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan propinsi-propinsi luar Jawa lainnya datang untuk berobat ke ibukota Jakarta karena kurangnya fasilitas di daerah asal. Faktanya adalah 75% dokter specialist yang qualified hanya praktek di kota-kota besar. Personal Healthy Watcher memungkinkan untuk dilakukannya diagnosa dan penanganan medis dari jarak jauh dari seorang atau sekelompok tim dokter specialist. Berikut adalah salah satu kasus keluhan seorang karyawan perusahaan tambang yang bekerja di Kalimantan dan jauh dari fasilitas kesehatan, disadur dari Kolom kesehatan KOMPAS, Minggu 30 Maret 2010.
Faktor lain adalah faktor geografis negara Indonesia dan sebagian besar fasilitas kesehatannya berkumpul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Banyak sekali medical traveler dari wilayah Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan propinsi-propinsi luar Jawa lainnya datang untuk berobat ke ibukota Jakarta karena kurangnya fasilitas di daerah asal. Faktanya adalah 75% dokter specialist yang qualified hanya praktek di kota-kota besar. Personal Healthy Watcher memungkinkan untuk dilakukannya diagnosa dan penanganan medis dari jarak jauh dari seorang atau sekelompok tim dokter specialist. Berikut adalah salah satu kasus keluhan seorang karyawan perusahaan tambang yang bekerja di Kalimantan dan jauh dari fasilitas kesehatan, disadur dari Kolom kesehatan KOMPAS, Minggu 30 Maret 2010.
Saya
karyawan sebuah perusahaan tambang di kalimantan yang jauh dari layanan, kesehatan
canggih. Sebenarnya kami punya poliklinik yang cukup baik di perusahaan. Namun,
di tempat kerja saya, rumah sakit amat sederhana, hanya rumah sakit pemerintah
daerah. Saya sudah setahun ini bekerja di Kalimantan. Suasana kerja cukup
menyenangkan, tetapi saya sering merasa khawatir jika saya jatuh sakit dan
memerlukan perawatan rumah sakit.
Saya
di Jakarta mempunyai seorang dokter spesialis langganan keluarga. Saya sering
mengirim e-mail dan SMS kepada beliau. Pada umumnya, pertanyaan saya dijawab
tetapi beliau menghindari untuk memberi petunjuk obat yang harus saya gunakan
jika mengalami sakit. Beliau biasanya menganjurkan saya berkonsultasi dengan
dokter setempat dan beliau mengatakan
tak mungkin memberi obat berdasarkan keluhan melalui SMS atau e-mail sekali
pun.
Pada
era kemajuan teknologi dewasa ini, tak mungkinkah dilakukan pengobatan jarak
jauh. Saya pernah membaca tentang telemedicine, apakah di Indonesia tak mungkin
diterapkan konsep telemedicine ini? Jika kemajuan teknologi dapat menggantikan
pengobatan tatap muka, alangkah baiknya, saya tak perlu lagi khawatir dengan
penyakit asma saya. Kalau ada apa-apa tinggal SMS atau e-mail dan kemudian
dapat instruksi penggunaan obat dan saya pun sembuh. Apakah harapan saya
berlebihan?
Dalam
mendiagnosis penyakit seorang pasien, maka dokter memerlukan anamnesis
(wawancara meliputi keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit
dahulu), pemeriksaan fisik (meliputi tanda vital, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
nafas, suhu), dan dibantu oleh pemeriksaan penunjang, baik berupa laboratorium,
pemeriksaan radiologi, maupun penunjang lainnya.
Telemedicine dengan teknologi sensoring yang canggih
akan dapat menjawab semua permasalahan tersebut. Terutama karena negara kita
luas dan jumlah dokter spesialis terbatas. Saat ini penetrasi komunikasi
seluler telah merambah hampir semua propinsi di Indonesia. Kemampuan transfer
data pun meningkat baik dari kecepatan dan besaran data yang dapat diupload
atau didownload. Kemajuan teknologi telekomunikasi inilah yang akan mendorong
majunya konsep telemedicine. Personal Health Watcher diharapkan menjadi salah
satu tools untuk perkembangan konsep Telemedicine di Indonesia.
Future Directives : Telemedicine Application
Operator-operator seluler luar negeri saat ini
berlomba-lomba untuk menguasai konsep telemedicine ini. Salah satunya adalah Telefonica. Bermitra dengan Hospital de la Esperanza di Barcelona, Telefonica telah mengembangkan sebuah penyangga
lutut yang dipasangi sensor gerak. Teknologi ini memungkinkan dokter memantau
rehabilitasi pasien dari jarak jauh setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Saat latihan, para pasien – dan ada 200 yang sedang menguji alat ini-melihat
gerakan mereka disimulasikan melalui avatar tiga dimensi di komputer, yang
secara nirkabel mengirimkan data ke dokter untuk dilihat pada komputer atau
ponsel. Telefonica berniat menjual
penyangga ini kerumah sakit di seluruh dunia saat percobaan selesai tahun
depan. Beberapa produk khusus telah menyerbu pasar internasional. Orange France Telecom dan Doro Swedia telah bermitra dengan sebuah
perusahaan ponsel. Produk yang dihasilkan khusus untuk pelanggan lansia di mana
produk ini dilengkapi tombol-tombol besar dan layar yang lebih besar dari
biasanya. Pengguna cukup menekan tombol darurat agar terhubung dengan call
center suatu asuransi untuk meminta segalanya. Mulai dari ambulans hingga
bantuan mengambilkan resep.
Sementara itu, Telefonica
tengah menguji mi familia (layanan
untuk lansia serta pasien Alzheimer dan keluarga mereka) di Spanyol. Bila
pelanggan mengaktifkan ponselnya, anggota keluarga atau pengasuh dapat login ke
portal internet guna memantau lokasi orang tersebut. Ponsel ini bisa diprogram
untuk menelepon keluarga, meminta bantuan medis, atau memanggil taksi jika
diperlukan. Jika terdapat anggota keluarga lansia yang bingung, bantuan akan
datang hanya dengan satu sentuhan tombol.
Prototype
Saat ini saya dengan tim
dibawah payung PT. Floatway Sytems mengembangkan suatu prototype GPS-GPRS tracker. Dimana data longitude
dan latitude dari satelit GPS dapat dikirimkan melalui jaringan GPRS dengan
menggunakan protokol TCP/IP, sehingga data langsung diterima di web server dan
dapat langsung ditampilkan sebuah map dan lokasi posisi berdasarkan data
longitude dan latitude tersebut dalam bentuk web based. Prototype ini akan
dikembangkan menjadi Personal Health
Watcher dan terdapat pengembangan sesuai fungsionalitasnya baik dari segi
ukuran, penambahan sensoring biometrik dan aplikasi pada Blackberry. Kelebihan
dari prototype GPS-GPRS tracker adalah kemudahan penambahan sensor pada module
yang sudah ada karena telah tersedia alokasi untuk penambahan port-portnya,
kedua dengan menggunakan protokol TCP/IP memudahkan aplikasi user karena
menggunakan web based user interface termasuk pada aplikasi Blackberry. Berikut
gambar foto dari prototype GPS-GPRS tracker yang sudah jadi.
Social Aspect and Business
Aspect
Konsep telemedicine adalah
konsep yang sangat tepat untuk diaplikasikan ke Mobil klinik sehat keliling dimana
mobil sehat ini dimungkinkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil sedangkan
dengan telemedicine memungkinkan dokter spesialis turut mendiagnosa dengan menggunakan
video conferencing dan Personal Health Watcher. Salah satu program Mobil Klinik
telah dilakukan oleh program CSR-nya Indosat tetapi belum mengaplikasikan
Telemedicine.
Di sisi lain, seperti
sudah kita ketahui bahwa peluang
investasi di Indonesia untuk layanan kesehatan bertaraf internasional cukup
tinggi sejalan dengan tingginya permintaan pasar untuk hal itu. Kita memang
tidak pernah berharap mendapatkan keuntungan bisnis dari sakitnya seseorang.
Tetapi dengan tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai banyak pasien-pasien
dari Indonesia yang berbondong-bondong keluar negeri untuk berobat. Di sisi
lain untuk mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil hanya pasrah karena
tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai di daerah dan bahkan untuk biaya
transportasi ke kota besar pun sudah sangat mahal belum biaya perawatan dan
obat. Peningkatan layanan kesehatan yang memadai di tiap daerah haruslah di
dukung dari bidang-bidang yang lain. Suatu kolaborasi medis, teknologi
informasi, telekomunikasi dan elektronika harusnya dapat menjawab semua tantangan
tersebut.
Telemedicine praktikal
sudah terbukti dapat mengurangi biaya dalam penyembuhan sebuah penyakit.
Menurut hasil riset medis nirlaba di La Jolla California, West Wireless Health Institute, penyakit-penyakit seperti diabetes
dan gagal jantung lebih baik ditangani melalui pengunaan sensor nirkabel sederhana
dengan harga terjangkau.
Gagal jantung kongestif
adalah suatu contoh. Menurut hasil Riset New England Journal of Medicine
sekitar 27% pasien harus masuk lagi ke rumah sakit dalam waktu 30 hari
pengobatan dan menambah biaya 10 milyar dollar per tahun. Dengan memantau
pasien di rumah menggunakan teknologi bergerak, dokter dapat mengetahui adanya
detak jantung yang tidak teratur dan menyesuaikan pengobatan sekaligus untuk
meminimalisasi pasien masuk kembali ke rumah sakit. Mari kita mulai bergerak
dalam bidang telemedicine.
Reference
- Lingga Wardhana, ”Teknologi Wireless Communication
dan Wireless Broadband,” Penerbit Andi, Yogyakarta 2010.
- Capell Kerry,
“Memantau Organ Tubuh Jarak Jauh,” Bloomberg Businessweek, No. 16 | 3 – 9
Juni 2010.
- Indian Space Research Organization, “Telemedicine – Healing Touch Through Space,” published in February 2005.
- Kolom kesehatan KOMPAS, Minggu 30 Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar