Jumat, 04 November 2011

Personal Health Watcher (Telemedicine)


Abstract


Tingkat kesehatan adalah salah satu indikator kesejahteraan suatu negara. Sayangnya di Indonesia fasilitas kesehatan yang memadai tidak menyebar secara merata di seluruh daerah. Sebagian besar fasilitas kesehatan berkumpul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Banyak sekali medical traveler dari wilayah Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan propinsi-propinsi luar Jawa lainnya datang untuk berobat ke ibukota Jakarta karena kurangnya fasilitas di daerah asal. Faktanya adalah 75% dokter specialist yang qualified hanya praktek di kota-kota besar.

Di sisi lain penduduk yang tingkat perekonomiannya lebih mapan lebih memilih untuk mencari pelayanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik  di negara tetangga, khususnya Singapura (hasil riset Spire Research & Consulting, website : www.spireresearch.com). Banyak pasien yang berobat keluar negeri karena kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di dalam negeri dan juga kurangnya pelayanan kesehatan yang memuaskan.

Suatu kolaborasi medis, teknologi informasi, telekomunikasi dan elektronika dapat menjawab semua tantangan tersebut.Personal Health Watcher adalah sebuah unit elektronis yang memungkinkan seseorang dokter atau rumah sakit untuk memonitor kondisi kesehatan seorang.Personal Health Watcher akan dipasangkan kepada pasien dan dihubungkan dengan beberapa biometrik sensor seperti tekanan darah, suhu badan, kandungan gula darah, kandungan oksigen dalam darah, EKG dan sebagainya. Data-data kesehatan tersebut akan dikirimkan ke health surveillance centre, sehingga dokter pasien dapat mengakses kondisi pasien di aplikasi BlackBerry-nya.

Dengan menggunakan Personal Health Watcher memungkinkan untuk dokter-dokter spesialis melakukan pemantauan kesehatan seseorang sampai tempat terpencil dan juga dapat melakukan tindakan-tindakan cepat apabila kondisi kritis dialami oleh pasien.

Preliminary

Personal Health Watcher adalah sebuah unit elektronis yang memungkinkan seseorang dokter atau rumah sakit untuk memonitor kondisi kesehatan seorang pasien  baik itu dalam masa penyembuhan,  masa perawatan atau pada saat menjaga kesehatan.

Beberapa parameter tersebut akan secara kontinyu dimonitor  terus menerus dan dikirimkan ke  health surveillance centre, sebuah server yang menampung data-data medical record orang tersebut.

Personal Health Watcher akan dihubungkan dengan beberapa biometrik sensor seperti tekanan darah, suhu badan, kandungan gula darah, kandungan oksigen dalam darah, EKG dan sebagainya.
Personal Health Watcher  juga dilengkapi dengan sebuah penerima GPS sehingga apabila terdapat kondisi kritis pada pasien maka akan dikirimkan sinyal darurat ke dokter atau rumah sakit yang menangani pemakai Personal Watcher tersebut beserta lokasi pasien tersebut.

Keutamaan dari Personal Health Watcher adalah selain data dikirimkan ke health surveillance centre, dokter pasien juga dapat mengakses  kondisi pasien di aplikasi BlackBerry-nya.

Sehingga dalam keadaan jauh sekalipun kondisi pasien terpantau oleh dokter  atau rumah sakit dan tindakan-tindakan cepat dapat dilakukan secepatnya apabila kondisi kritis dialami oleh pasien.

Background

Saat ini banyak penduduk  Indonesia yang lebih memilih untuk mencari pelayanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik  di negara tetangga, khususnya Singapura (hasil riset Spire Research & Consulting, website : www.spireresearch.com).

Peluang investasi di Indonesia untuk layanan kesehatan bertaraf internasional cukup tinggi sejalan dengan tingginya permintaan pasar untuk hal itu. Saat ini, negeri kita belum menjadi salah satu negara tujuan medical tourism. Padahal, Warga Negara Indonesia merupakan salah satu target utama medical tourism comers. Banyak pasien yang berobat keluar negeri karena kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di dalam negeri dan juga kurangnya pelayanan kesehatan yang memuaskan. Diharapkan dengan adanya Personal Health Watcher dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Yang secara tidak langsung meningkatkan pemasukan negara dalam bidang Medical Service.


Faktor lain adalah faktor geografis negara Indonesia dan sebagian besar fasilitas kesehatannya berkumpul di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dll. Banyak sekali medical traveler dari wilayah Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan propinsi-propinsi luar Jawa lainnya datang untuk berobat ke ibukota Jakarta karena kurangnya fasilitas di daerah asal. Faktanya adalah 75% dokter specialist yang qualified hanya praktek di kota-kota besar. Personal Healthy Watcher memungkinkan untuk dilakukannya diagnosa dan penanganan medis dari jarak jauh dari seorang atau sekelompok tim dokter specialist. Berikut adalah salah satu kasus keluhan seorang karyawan perusahaan tambang yang bekerja di Kalimantan dan jauh dari fasilitas kesehatan, disadur dari Kolom kesehatan KOMPAS, Minggu 30 Maret 2010. 

Saya karyawan sebuah perusahaan tambang di kalimantan yang jauh dari layanan, kesehatan canggih. Sebenarnya kami punya poliklinik yang cukup baik di perusahaan. Namun, di tempat kerja saya, rumah sakit amat sederhana, hanya rumah sakit pemerintah daerah. Saya sudah setahun ini bekerja di Kalimantan. Suasana kerja cukup menyenangkan, tetapi saya sering merasa khawatir jika saya jatuh sakit dan memerlukan perawatan rumah sakit.

Saya di Jakarta mempunyai seorang dokter spesialis langganan keluarga. Saya sering mengirim e-mail dan SMS kepada beliau. Pada umumnya, pertanyaan saya dijawab tetapi beliau menghindari untuk memberi petunjuk obat yang harus saya gunakan jika mengalami sakit. Beliau biasanya menganjurkan saya berkonsultasi dengan dokter setempat dan  beliau mengatakan tak mungkin memberi obat berdasarkan keluhan melalui SMS atau e-mail sekali pun.

Pada era kemajuan teknologi dewasa ini, tak mungkinkah dilakukan pengobatan jarak jauh. Saya pernah membaca tentang telemedicine, apakah di Indonesia tak mungkin diterapkan konsep telemedicine ini? Jika kemajuan teknologi dapat menggantikan pengobatan tatap muka, alangkah baiknya, saya tak perlu lagi khawatir dengan penyakit asma saya. Kalau ada apa-apa tinggal SMS atau e-mail dan kemudian dapat instruksi penggunaan obat dan saya pun sembuh. Apakah harapan saya berlebihan?

Dalam mendiagnosis penyakit seorang pasien, maka dokter memerlukan anamnesis (wawancara meliputi keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu), pemeriksaan fisik (meliputi tanda vital, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, suhu), dan dibantu oleh pemeriksaan penunjang, baik berupa laboratorium, pemeriksaan radiologi, maupun penunjang lainnya.


Telemedicine dengan teknologi sensoring yang canggih akan dapat menjawab semua permasalahan tersebut. Terutama karena negara kita luas dan jumlah dokter spesialis terbatas. Saat ini penetrasi komunikasi seluler telah merambah hampir semua propinsi di Indonesia. Kemampuan transfer data pun meningkat baik dari kecepatan dan besaran data yang dapat diupload atau didownload. Kemajuan teknologi telekomunikasi inilah yang akan mendorong majunya konsep telemedicine. Personal Health Watcher diharapkan menjadi salah satu tools untuk perkembangan konsep Telemedicine di Indonesia.

Future Directives : Telemedicine Application

Operator-operator seluler luar negeri saat ini berlomba-lomba untuk menguasai konsep telemedicine ini. Salah satunya adalah Telefonica. Bermitra dengan Hospital de la Esperanza di Barcelona, Telefonica telah mengembangkan sebuah penyangga lutut yang dipasangi sensor gerak. Teknologi ini memungkinkan dokter memantau rehabilitasi pasien dari jarak jauh setelah mereka keluar dari rumah sakit. Saat latihan, para pasien – dan ada 200 yang sedang menguji alat ini-melihat gerakan mereka disimulasikan melalui avatar tiga dimensi di komputer, yang secara nirkabel mengirimkan data ke dokter untuk dilihat pada komputer atau ponsel. Telefonica berniat menjual penyangga ini kerumah sakit di seluruh dunia saat percobaan selesai tahun depan. Beberapa produk khusus telah menyerbu pasar internasional. Orange France Telecom dan Doro Swedia telah bermitra dengan sebuah perusahaan ponsel. Produk yang dihasilkan khusus untuk pelanggan lansia di mana produk ini dilengkapi tombol-tombol besar dan layar yang lebih besar dari biasanya. Pengguna cukup menekan tombol darurat agar terhubung dengan call center suatu asuransi untuk meminta segalanya. Mulai dari ambulans hingga bantuan mengambilkan resep.

Sementara itu, Telefonica tengah menguji mi familia (layanan untuk lansia serta pasien Alzheimer dan keluarga mereka) di Spanyol. Bila pelanggan mengaktifkan ponselnya, anggota keluarga atau pengasuh dapat login ke portal internet guna memantau lokasi orang tersebut. Ponsel ini bisa diprogram untuk menelepon keluarga, meminta bantuan medis, atau memanggil taksi jika diperlukan. Jika terdapat anggota keluarga lansia yang bingung, bantuan akan datang hanya dengan satu sentuhan tombol. 





Prototype

Saat ini saya dengan tim dibawah payung PT. Floatway Sytems mengembangkan suatu prototype GPS-GPRS tracker. Dimana data longitude dan latitude dari satelit GPS dapat dikirimkan melalui jaringan GPRS dengan menggunakan protokol TCP/IP, sehingga data langsung diterima di web server dan dapat langsung ditampilkan sebuah map dan lokasi posisi berdasarkan data longitude dan latitude tersebut dalam bentuk web based. Prototype ini akan dikembangkan menjadi Personal Health Watcher dan terdapat pengembangan sesuai fungsionalitasnya baik dari segi ukuran, penambahan sensoring biometrik dan aplikasi pada Blackberry. Kelebihan dari prototype GPS-GPRS tracker adalah kemudahan penambahan sensor pada module yang sudah ada karena telah tersedia alokasi untuk penambahan port-portnya, kedua dengan menggunakan protokol TCP/IP memudahkan aplikasi user karena menggunakan web based user interface termasuk pada aplikasi Blackberry. Berikut gambar foto dari prototype GPS-GPRS tracker yang sudah jadi.



Social Aspect and Business Aspect

Konsep telemedicine adalah konsep yang sangat tepat untuk diaplikasikan ke Mobil klinik sehat keliling dimana mobil sehat ini dimungkinkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil sedangkan dengan telemedicine memungkinkan dokter spesialis turut mendiagnosa dengan menggunakan video conferencing dan Personal Health Watcher. Salah satu program Mobil Klinik telah dilakukan oleh program CSR-nya Indosat tetapi belum mengaplikasikan Telemedicine.

Di sisi lain, seperti sudah kita ketahui  bahwa peluang investasi di Indonesia untuk layanan kesehatan bertaraf internasional cukup tinggi sejalan dengan tingginya permintaan pasar untuk hal itu. Kita memang tidak pernah berharap mendapatkan keuntungan bisnis dari sakitnya seseorang. Tetapi dengan tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai banyak pasien-pasien dari Indonesia yang berbondong-bondong keluar negeri untuk berobat. Di sisi lain untuk mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil hanya pasrah karena tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai di daerah dan bahkan untuk biaya transportasi ke kota besar pun sudah sangat mahal belum biaya perawatan dan obat. Peningkatan layanan kesehatan yang memadai di tiap daerah haruslah di dukung dari bidang-bidang yang lain. Suatu kolaborasi medis, teknologi informasi, telekomunikasi dan elektronika harusnya dapat menjawab semua tantangan tersebut.

Telemedicine praktikal sudah terbukti dapat mengurangi biaya dalam penyembuhan sebuah penyakit. Menurut hasil riset medis nirlaba di La Jolla California, West Wireless Health Institute, penyakit-penyakit seperti diabetes dan gagal jantung lebih baik ditangani melalui pengunaan sensor nirkabel sederhana dengan harga terjangkau.

Gagal jantung kongestif adalah suatu contoh. Menurut hasil Riset New England Journal of Medicine sekitar 27% pasien harus masuk lagi ke rumah sakit dalam waktu 30 hari pengobatan dan menambah biaya 10 milyar dollar per tahun. Dengan memantau pasien di rumah menggunakan teknologi bergerak, dokter dapat mengetahui adanya detak jantung yang tidak teratur dan menyesuaikan pengobatan sekaligus untuk meminimalisasi pasien masuk kembali ke rumah sakit. Mari kita mulai bergerak dalam bidang telemedicine.

Reference

  1. Lingga Wardhana, ”Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband,” Penerbit Andi, Yogyakarta 2010.
  2. Capell Kerry, “Memantau Organ Tubuh Jarak Jauh,” Bloomberg Businessweek, No. 16 | 3 – 9 Juni 2010.
  3. Indian Space Research Organization, “Telemedicine – Healing Touch Through Space,” published in February 2005.
  4. Kolom kesehatan KOMPAS, Minggu 30 Maret 2010.

Tidak ada komentar: