Minggu, 11 Desember 2016

Indonesianisme Summit, Grand Sahid Jakarta, 10 Desember 2016 oleh Ikatan Alumni ITB Part 4 (end)


"Memenangkan Industri Indonesia"

Aksi Nyata dari Industri, Para Menteri dan Medco

Pada sesi ke-4 ini ada paparan dari Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Inspiring Story dari Medco Group oleh Hilmi Panigoro (CEO). Awalnya Pak Hilmi menceritakan ayahnya yang merantau dari Gorontalo menuju Bandung pada umur 14 tahun dikarenakan tidak ada sekolah lanjutan setelah SMP di Gorontalo. Akhirnya Hilmi dan bersebelas saudaranya termasuk Arifin Panigoro pendiri Medco lahir dan besar di bandung. Arifin Panigoro sendiri lulusan dari Teknik Elektro ITB dan sudah memulai bisnis semenjak kuliah sedangkan Hilmi Panigoro lulusan Teknik Geologi ITB.

Medco didirikan pada tahun 1980 bermula dari jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore drilling). Hilmi mengatakan awalnya berkecimpung di onshore drilling Medco harus berhadapan dengan perusahaan asing dengan modal dan teknologi tinggi. Saat itu saingannya adalah Huffco dengan 10 drilling berwarna biru putih. Medco diberikan kesempatan untuk mendirikan sebuah drilling. Akhirnya sebuah drilling berwarna merah putih didirikan. Karena berperforma baik dan harganya yang murah Medco dipercayai untuk memperbanyak drillingnya.

Rahasia sukses Medco adalah pada profesionalisme. Medco selalu menempatkan orang-orang yang kompetensi di bidangnya. Kalau dilihat dari board of Director hanya 3 orang dari 11 bersaudara yang aktif di Medco yaitu Arifin Panigoro, Hilmi Panigoro dan Yani yang alumni Teknik Elektro ITB juga.
Setelah berpengalaman di Onshore Drilling, Arifin panigoro diberi masukan dan dorongan agar bangsa Indonesia dapat juga menguasai Indsutri Upstream. Maka beralihlah Medco sebagai pemilik sumur minyak dengan mengakuisisi sumur-sumur kecil yang dianggap tidak menguntungkan karena volumenya yang kecil, tapi bagi Medco ini adalah Strategic Acquisition dimana terdapat 400 an orag tenaga kerja yang sudah dilatih dan berpengalaman.

Meskipun mahal hal ini harus dilakukan agar terjadi transfer knowledge dari asing ke Indonesia. Tahun ini, Medco bahkan mengakuisisi 82,2% saham PT Newmont Nusa Tenggara di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Dengan strategic acquisition ini medco akan memiliki kemampuan untuk mengolah tambang tembaga, timah dan bahkan emas.

Secara overall acara yang dilakukan oleh IA ITB ini bagus sekali. Next step setelah acara ini alumni ITB berencana untuk menyampaikan hasil seminar dan diskusi ini kepada pemerintah terkait pembangunan secara keseluruhan. Ayo ditunggu alumni UGM dan universitas-universitas lainnya.

oleh : Lingga Wardhana
Wasekjend KAFEGAMA-MM

Indonesianisme Summit, Grand Sahid Jakarta, 10 Desember 2016 oleh Ikatan Alumni ITB Part 3


"Memenangkan Industri Indonesia"

Aksi Nyata dari Industri, Para Menteri dan Medco

Sesi ketiga ini dilanjutkan setelah makan siang dengan pemaparan aksi dari Industri. Pemaparan aksi industri dibagi menjadi 3 yaitu Energi, Infrastruktur dan Transportasi dan ketiga adalah Industri Digital dan Kreatif. Tentu saja saya mengikuti Industri Digital dan Kreatif yang diisi oleh Telkomsel, Bank Mandiri dan Kriya Nusantara.

Presentasi pertama dilakukan oleh pendiri dan CEO Kriya Nusantara Abdul Sobur. Dari penampakan pertama Abdul Sobur ini sangat sederhana tapi ternyata usahanya sangat luar biasa. Ia menggabungkan artwork ke dalam perabotan rumah tangga. Pasarnya? Ternyata kebanyakan pasarnya berada diluar negeri terutama negara-negara Arab produknya sangat bermacam-macam antara lain berupa Kotak Parfum, Krisan Music Box dan Cawang Art Radio. Pemilik dua pabrik dengan jumlah karyawan mencapai 600 orang ini ternyata lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.

Kedua dilanjutkan presentasi dari Eddi Danusaputra CEO dari Mandiri Capital. Mandiri memiliki program untuk Inkubator Startup di Indonesia termasuk didalamnya Startup Digital. Eddi mengatakan masih terbatasnya akses permodalan membuat Startup tidak bisa sebesar Startup dari Silicon Valley. Ia mencontohkan bahwa belum adanya startup digital Indonesia yang listed atau melakukan IPO (Initial Public Offering). Dikarenakan sulitnya proses untuk IPO termasuk laporan keuangan yang harus profitable selama 3 tahun, adanya divisi Investor Relation dll. Selain memiliki Inkubator bisnis Mandiri juga akan menyediakan pasar second market untuk startup-startup yang akan menjual sahamnya kepada publik tapi tidak melalui BEI (Bursa Efek Indonesia).

link : http://kriyanusantara.com/

oleh : Lingga Wardhana
Wasekjend KAFEGAMA-MM

Indonesianisme Summit, Grand Sahid Jakarta, 10 Desember 2016 oleh Ikatan Alumni ITB Part 2


 "Memenangkan Industri Indonesia" 

Aksi Nyata dari Industri, Para Menteri dan Medco

Sesi kedua ini saya cukup puas karena Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Panglima TNI diberikan waktu sampai presentasi selesai. Arief Yahya mengatakan bahwa sektor pariwisatalah yang memberikan devisa terbesar bagi negara. Apabila negara adalah sebuah korporasi brandingnya hanya tiga disebut sebagai TTI yaitu Tourism, Trade and Investment. 

Arief Yahya juga membandingkan logo mempunyai peranan penting untuk branding suatu negara. Dia memberikan contoh Inggris dengan benderanya dan slogan Great Britain, India dengan Made in India dan Indonesia? Tentu dengan Wonderful Indonesia.
Beliau menceritakan pengalamannya sewaktu menjadi Direktur Telkom dan alasannya mengubah logo berwarna Biru dan Kuning menjadi Merah dan Putih. Logo Telkom dirubah dikarenakan dua hal pertama karena Telkom adalah perusahaan Telekomunikasi paling Indonesia dan kedua jujur saja value anak perusahaan Telkomsel lebih tinggi dari perusahaan induknya. Telkomsel sendiri ia katakan memiliki value 6 Milyar dollar dibandingkan pesaingnya yang memiliki value kurang dari 1 Miyar dollar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa customer akan memilih brand Telkomsel 6x lebih tinggi dibandingkan brand pesaingnya.

Sekali lagi membandingkan dengan sebuah korporasi Arief Yahya mengatakan layaknya sebuah korporasi negara harus memiliki core value. sebenarnya apa core value negara Indonesia? Yang menjadikan Indonesia lebih dibandingkan negara-negara lainnya dimata dunia. Kalau dilihat perkembangan ekonomi dari zaman kepresidenan pertama maka aktifitas ekonomi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Agriculture, Farming & Fishing
2. Manufacture
3. Information Technology
4. Creative Industry


Kalau kita lihat nomer 2 jelas dikuasai oleh China, nomer 3 oleh USA, India dan China. Jelas Indonesia dapat memfokuskan diri pada yang nomer 4 Creative Industry lebih spesifiknya Cultural Industry dengan berbasikan pada human creativity.




oleh : Lingga Wardhana
Wasekjend KAFEGAMA-MM

Indonesianisme Summit, Grand Sahid Jakarta, 10 Desember 2016 oleh Ikatan Alumni ITB Part 1



"Memenangkan Industri Indonesia"

Aksi Nyata dari Industri, Para Menteri dan Medco

Hari Sabtu 10 Desember kemaren Ikatan Alumni ITB (IA ITB) mengadakan Indonesianisme Summit yang diadakan di Hotel Grand Sahid Jakarta. Saya mendapatkan flyer undangan di group whatsApp KAFEGAMA MM sehari sebelumnya. Acara tersebut rencananya dihadiri oleh Pak Jokowi, enam Menteri, satu Wamen, Panglima TNI dan Kapolri. Sayang sewaktu acara Pak Jokowi tidak bisa hadir.

Saya harus hadir!

Pertama karena ketertarikan saya di ekonomi makro, mungkin ini acara ketiga di akhir tahun ini yang membahas ekonomi makro setelah TERASKITA dan CORE ECONOMY OUTLOOK 2017. Kedua dari acara seperti ini kita akan menjadi tahu capaian pemerintah dan apa yang diharapkan pemerintah di tahun-tahun mendatang. Ketiga acara bagus seperti ini harus ditiru oleh alumni UGM.
Sesi pertama akan dilakukan diskusi panel yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, Ketua IA ITB dan Moderator dari KOMPAS Banu Astono.

Di sesi pertama ini saya berharap masing-masing menteri memaparkan materinya. Karena berbentuk diskusi panel dan keterbatasan waktu maka pemaparan dari menteri sering dipotong oleh moderator. Mungkin Mas Banu Astono terbawa-bawa dari bentuk dialog TERASKITA dimana setiap pembicara tidak diberikan waktu untuk presentasi materi (dan tidak memungkinkan karena live di Radio) dan diskusi akan mengalir dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator. Jadi sebenarnya saya pribadi kurang puas di sesi pertama ini karena tidak dapat mendengarkan presentasi yang seharusnya disampaikan oleh para menteri tanpa dipotong.

Dari sesi pertama ada pemaparan dari Wamen Archandra Tahar mengenai pengalamannya di Peru untuk melakukan Pemasangan Deepwater Drilling (dengan teknologi yang belum pernah dilakukan dimanapun di dunia) yang bisa dilakukan dalam beberapa bulan tetapi apabila dilakukan Indonesia akan memakan waktu beberapa tahun bahkan tidak mungkin dilakukan karena birokrasi yang belibet dan menyalahi peraturan. Archandra mengatakan kementrian ESDM tidak akan maju apabila masih menguras energinya pada birokrasi dan tidak memfokuskan diri pada teknologi.

Ketika ditanya oleh audience kenapa bangsa Indonesia belum menggunakan energi Nuklir, Archandra mengatakan bahwa energi Nuklir terhambat pada masalah NIMBY atau Not In My Backyard yang artinya energi Nuklir oke untuk energi listrik yang paling efisien tetapi saat akan dibangun di Jawa Tengah, Jawa Tengah akan berkata kenapa tidak di Jawa Timur saja, Jawa Timur berkata kenapa tidak di Bali saja, dan Bali berkata kenapa tidak di batam saja dan seterusnya.

oleh : Lingga Wardhana
Wasekjend KAFEGAMA-MM