Minggu, 11 Desember 2016

Indonesianisme Summit, Grand Sahid Jakarta, 10 Desember 2016 oleh Ikatan Alumni ITB Part 1



"Memenangkan Industri Indonesia"

Aksi Nyata dari Industri, Para Menteri dan Medco

Hari Sabtu 10 Desember kemaren Ikatan Alumni ITB (IA ITB) mengadakan Indonesianisme Summit yang diadakan di Hotel Grand Sahid Jakarta. Saya mendapatkan flyer undangan di group whatsApp KAFEGAMA MM sehari sebelumnya. Acara tersebut rencananya dihadiri oleh Pak Jokowi, enam Menteri, satu Wamen, Panglima TNI dan Kapolri. Sayang sewaktu acara Pak Jokowi tidak bisa hadir.

Saya harus hadir!

Pertama karena ketertarikan saya di ekonomi makro, mungkin ini acara ketiga di akhir tahun ini yang membahas ekonomi makro setelah TERASKITA dan CORE ECONOMY OUTLOOK 2017. Kedua dari acara seperti ini kita akan menjadi tahu capaian pemerintah dan apa yang diharapkan pemerintah di tahun-tahun mendatang. Ketiga acara bagus seperti ini harus ditiru oleh alumni UGM.
Sesi pertama akan dilakukan diskusi panel yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, Ketua IA ITB dan Moderator dari KOMPAS Banu Astono.

Di sesi pertama ini saya berharap masing-masing menteri memaparkan materinya. Karena berbentuk diskusi panel dan keterbatasan waktu maka pemaparan dari menteri sering dipotong oleh moderator. Mungkin Mas Banu Astono terbawa-bawa dari bentuk dialog TERASKITA dimana setiap pembicara tidak diberikan waktu untuk presentasi materi (dan tidak memungkinkan karena live di Radio) dan diskusi akan mengalir dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator. Jadi sebenarnya saya pribadi kurang puas di sesi pertama ini karena tidak dapat mendengarkan presentasi yang seharusnya disampaikan oleh para menteri tanpa dipotong.

Dari sesi pertama ada pemaparan dari Wamen Archandra Tahar mengenai pengalamannya di Peru untuk melakukan Pemasangan Deepwater Drilling (dengan teknologi yang belum pernah dilakukan dimanapun di dunia) yang bisa dilakukan dalam beberapa bulan tetapi apabila dilakukan Indonesia akan memakan waktu beberapa tahun bahkan tidak mungkin dilakukan karena birokrasi yang belibet dan menyalahi peraturan. Archandra mengatakan kementrian ESDM tidak akan maju apabila masih menguras energinya pada birokrasi dan tidak memfokuskan diri pada teknologi.

Ketika ditanya oleh audience kenapa bangsa Indonesia belum menggunakan energi Nuklir, Archandra mengatakan bahwa energi Nuklir terhambat pada masalah NIMBY atau Not In My Backyard yang artinya energi Nuklir oke untuk energi listrik yang paling efisien tetapi saat akan dibangun di Jawa Tengah, Jawa Tengah akan berkata kenapa tidak di Jawa Timur saja, Jawa Timur berkata kenapa tidak di Bali saja, dan Bali berkata kenapa tidak di batam saja dan seterusnya.

oleh : Lingga Wardhana
Wasekjend KAFEGAMA-MM

Tidak ada komentar: