Performance Measurement
System (PMS) yang berhasil adalah kumpulan pengukuran performansi yang
menyediakan informasi bagi perusahaan yang berguna untuk membantu dalam proses
perencanaan, kontrol dan manajemen semua aktivitas perusahaan. Mendesain PMS
adalah bukan hal yang mudah dan biasanya bersifat spesifik untuk setiap
perusahaan.
Persyaratan Performance Measurement
System (PMS)
Crawford dan Cox (1990)
- PMS harus mudah dimengerti oleh bagian-bagian yang mengevaluasi performansi sebuah perusahaan
- PMS harus mengevaluasi sebuah grup bukan pekerjaan individu
- Reporting untuk PMS lebih baik berupa grafik
Cross dan Lynch (1992), Kaplan dan Norton (1992), Dixon
et.al (1990), Bourne et al (2003)
- PMS harus disusun berdasarkan strategi perusahaan dan mengukur kesesuaian pola karyawan dengan tujuan utama perusahaan
Globerson (1985)
- PMS harus bersifat akurat, relevan, tersedia di waktu yang tepat, dan mudah diakses oleh orang yang tepat
Kaplan dan Norton (1992)
- PMS harus mengukur baik performansi secara finansial atau non finansial
Neely et al. (1985)
- PMS harus memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain selain investor seperti karyawan, customer dan juga suplier
Mendesain Performance Measurement
System (PMS)
Untuk mendesain
Performance Measurement System (PMS) ada 2 pertanyaan yang harus dijawab yaitu
“Apa yang akan diukur ?” dan “Bagaimana cara pengukurannya ?” Pada jurnal ini
akan dibahas mengenai “Apa yang akan diukur ?” dimana akan menghasilkan sistem
kelas dalam PMS.
Sistem Kelas dalam PMS
Sistem kelas disini
berfungsi agar perusahaan mengevaluasi dari sistem PMS yang telah berjalan saat
ini dan mengembangkannya ke kelas yang lebih canggih. Berikut pembagian kelas
dalam PMS :
1. Third Class “Financial”
- Single-dimensional
- Fokus : internal
- Orientasi jangka pendek
- Memenuhi keinginan Top level manajemen
- Mudah diakses
2. Second Class “Balanced”
PMS pada kelas ini lebih
kompleks dimana performansi diukur secara multidimensional (tidak hanya
finansial). Sangat berorientasi pada customer. Digunakan lebih kearah improvement.
- Multi-dimensional
- Fokus : internal dan eksternal
- Orientasi jangka panjang dan pendek
- Memenuhi keinginan setiap level hierarki
- Informasi ditujukan kepada personal tertentu
- Causal relationship dimensional
- Fokus : Semua Stakeholder
- Orientasi jangka panjang dan pendek
- Memenuhi keinginan setiap level hirerarki
- Arsitektur sistem informasi yang fully integrated
Berikut ciri-ciri dari PMS yang bagus
Menyediakan Informasi yang Akurat
Informasi yang diberikan
dalam PMS harus akurat, banyaknya eror dapat menyebabkan kebingungan dan
memberikan efek negatif pada performansi perusahaan.
Mendukung kegiatan operasional dan pengambilan
keputusan strategis
Ada banyak artikel yang
menyebutkan bahwa sistem PMS harus mendukung strategi perusahaan kemudian
diterjemahkan menjadi strategi operasional. Harus diingat bahwa strategi
perusahaan berubah seiring waktu. Dan diharapkan PMS juga memiliki
fleksibilitas untuk berubah sesuai strategi perusahaan.
Sebagai filter untuk dilakukannya sub-optimization
Informasi yang diberikan
dalam PMS harus akurat, banyaknya error dapat menyebabkan kebingungan dan
memberikan efek negatif pada performansi perusahaan.
Menyediakan informasi yang terbatas
Informasi yang terlalu
kompleks dapat menyebabkan “information overload.” Information overload dapat
membuat menajer tidak dapat lagi memilah-milah informasi mana yang penting dan
informasi yang tidak penting akibatnya banyak informasi yang diacuhkan karena
manajer memerlukan waktu yang banyak untuk dapat melakukan analisis.
ARTIKEL PENDUKUNG
Dari wikipedia.org Behn
(2003) memberikan 8 alasan diperlukannya pengukuran performansi :
1. To Evaluate.
Beberapa cara dapat digunakan untuk mengevaluasi antara lain dengan
membandingkan performansi aktual dengan peformansi sebelumnya, membandingkan
dengan perusahaan sejenis, dan membandingkan dengan rata-rata industri.
2. To Kontrol. Digunakan untuk fungsi kontrol bagi manajer untuk
mengetahui karyawannya melakukan hal yang benar. Saat ini banyak manajer yang
tidak melakukan fungsi kontrol secara langsung tetapi fungsi kontrol tetap
diperlukan.
3. To Budget. Biaya adalah salah satu tools untuk melihat meningkatnya performansi. Kadang penghematan
biaya bukan cara yang baik untuk meningkatkan performansi. Kadang dengan
meningkatnya performansi biaya pun bertambah.
4. To Motivate. Pengukuran performansi dapat digunakan untuk
memfokuskan karyawan pada tujuan perusahaan dan untuk memeberikan motivasi
sesuai dengan pencapaian tujuan perusahaan.
5. To Celebrate. Saat sebuah organisasi mencapai tujuan jangka
pendeknya tidak ada salahnya untuk merayakannya. Perayaan keberhasilan akan
memotivasi seluruh elemen perusahaan.
6. To Promote. Pengukuran performansi dapat digunakan sebagai
sistem informasi bagi keseluruhan satekholder (First Class) yang dengan
sendirinya akan mempromosikan organisasi itu sendiri.
7. To Learn. Seorang pengambil keputusan perlu belajar, apakah
keputusan yang diambil benar ataukah tidak. Pengukuran performansi yang baik
dapat memberikan informasi strategis bagi pengambil keputusan.
8. To Improve. Sebenarnya ini adalah inti dari pengukuran
performansi tidak lain adalah untuk meningkatkan performansi itu sendiri.
STUDI KASUS
Case : Taco Bell
Pada tahun 1999, setiap
tiga dari empat fast food yang dibeli di Amerika dibuat oleh satu perusahaan
yaitu Taco Bell. Dominasi market tidak akan sebesar ini apabila Taco Bell tidak
melakukan transformasi dalam operasionalnya. Pada saat itu semua bahan-bahan
dibuat dari mentah dan dimasak secara sendiri-sendiri. Saat bahan-bahan
tersebut siap maka diolah dan disajikan sesuai dengan keinginan customer. Waktu
tunggu di customer cash register rata-rata
adalah 105 detik dan bertambah disaat peak
hour.
Beberapa strategi
dilakukan oleh John Martin sebagai CEO dari Taco Bell :
1983 - Merubah bentuk layout untuk dapur sehingga
meningkatkan kecepatan makanan tersedia dan meningkatkan persepsi customer,
menambah menu, memperbesar unit, menambahkan fasilitas drive thru, memperbaiki dekorasi dan membuat baju seragam untuk
para staff.
1989 - Project K-minus : semua makanan tidak lagi didatangkan dalam bentuk
mentah tetapi sudah olahan setengah jadi sehingga tidak terdapat lagi proses
memasak dari mentah. Tentu saja hal ini meningkatan kecepatan penyajian 30
detik lebih cepat dan juga meningkatkan kapasitas pelayanan pada saat peak hour sebesar 50%.
1989 - TACO (Total Automation of
Company Operations) : adalah
sebuah IT project yang didesain untuk mengkomputerisasi semua unit dengan
pusat. TACO menyediakan daily report
untuk setiap unit manajer dengan 46
pengukuran performansi. Dengan sistem ini waktu 16 jam per minggu yang
dihabiskan oleh setiap manajer untuk pelaporan dapat dikurangi. dengan sistem
ini manajer di Taco bell lebih fokus kepada pelayanan kepada customer.
KESIMPULAN
Performance Measurement
System (PMS) yang berhasil adalah kumpulan pengukuran performansi yang
menyediakan informasi bagi perusahaan yang berguna untuk membantu dalam proses
perencanaan, kontrol dan manajemen semua aktivitas perusahaan. Ada tiga sistem
kelas pada PMS yaitu First Class “Fully
integrated,” Second Class “Balanced,”
dan Third Class “Financial.” Sebuah
perusahaan sebaiknya mempelajari di kelas mana PMS yang saat ini digunakan dan
secara bertahap berkembang ke kelas yang lebih tinggi.
REFERENSI
- Stefan Tangen, Insights from practice "Analysing the requirements of performance measurement systems," Journal, Measuring Business Excellence, Emerald Group Publishing Limited, 2005.
- http://en.wikipedia.org/wiki/Performance_measurement
- Short Case : Taco Bell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar