Topik
Culture,
Sustainability Business, Family Business
Pendahuluan
Ada beberapa nilai-nilai dalam budaya
asia yang akhirnya menjadi budaya dalam berbisnis salah satunya adalah budaya
kekeluargaan dan saling tolong menolong dalam keluarga. Kalau kita lihat di
Indonesia saat ini tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang berawal dari
bisnis keluarga. Tidak sedikit perusahaan-perusahaan keluarga tersebut yang
akhirnya menjadi perusahaan terbuka dengan menjual sahamnya ke publik. Beberapa
perusahaan keluarga yang go public antara lain Perusahaan Bakrie, Sampoerna,
Gudang Garam, Djarum dan Sinar Mas.
Partisipasi anggota keluarga dalam
perusahaan dapat memperkuat manajemen dalam perusahaan dikarenakan anggota
keluarga yang loyal terhadap perusahaan dan dedikasinya yang tinggi. Tetapi di
sisi lain banyak dinamika kepentingan keluarga yang tidak sejalan dengan
kepentingan perusahaan.
Permasalahan
yang Muncul dalam Family Business
Ada beberapa problem yang kemungkinan
dapat terjadi pada perusahaan keluarga antara lain adalah :
1.
Tidak
berhasilnya suksesi dan regenerasi. Regenerasi dalam perusahaan keluarga
adalah salah satu yang paling sulit dilakukan. Banyak orang-orang yang bilang
generasi pertama itu membangun, generasi kedua itu menikmati dan generasi
ketiga itu menghabiskan. Pada saat perusahaan didirikan oleh generasi pertama,
perusahaan adalah tumpuan hidup. Apabila tidak berusaha keras sekuat tenaga
maka generasi pertama pun tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
kerja keras ini perusahaanpun akan
bertumbuh. Lain halnya bagi generasi
kedua dan ketiga. Generasi ini sudah menikmati nyamannya berada dalam
lingkungan yang sudah stabil. Perusahaan sudah dapat berjalan dengan
sendirinya. Apabila tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan perusahaan maka
perusahaan akan cenderung stabil atau bahkan akan mengalami kebangkrutan karena
tidak dijalankan oleh manajemen yang baik.
2.
Terjadinya
perebutan kekuasaan dalam keluarga. Banyak terjadi perkelahian antara
keluarga. Perkelahian itu terjadi biasanya karena perebutan kekuasaan. Selain
itu adanya konflik antara kepentingan keluarga dengan kepentingan bisnis. Saat
sebuah keluarga ingin menjadi presiden direktur mungkin ada beberapa kandidat
di luar lingkungan keluarga yang lebih kompeten untuk menjadi presiden
direktur. Kemungkinkan konflik akan terjadi disini apakah presiden direktur
akan dipilih berdasarkan kepentingan keluarga atau berdasarkan kepentingan
perusahaan.
Contoh
kasus yang lain adalah keluarga yang juga pemilik ingin menjual usahanya untuk
memaksimalkan keuntungannya memalui pasar modal atau investasi. Tetapi keluarga
lain yang juga pemilik dan menjalankan usaha sebagai pihak manajemen ingin
tetap mempertahankan usahanya karena dengan begitu ia dan keturunannya tetap
dapat berkarir dalam perusahaan tersebut.
3.
Konflik
kepentingan antara keluarga dan perusahaan. Banyak terjadi ketimpangan
antara kepentingan keluarga sebagai business
owner dan perusahaan. Keluarga mungkin menginginkan hasil keuntungan dari
perusahaan bisa digunakan untuk pensiun dan memenuhi kebutuhan hidup mereka
yang terkadang sangat tinggi lifestyle-nya
tetapi perusahaan memiliki tujuan lain yaitu menginginkan keuntungan perusahaan
untuk lebih mengembangkan usaha dan melebarkan sayap.
Konflik sangat memungkinkan dapat terjadi di family business bagaimana perusahaan
yang struktur organisasinya banyak melibatkan keluarga agar tetap menjadi sustainbility business?
Analisis
Skenario
Suksesi
Arieu mengajukan beberapa skenario
suksesi untuk family business antara lain adalah :
1.
Skenario
Politik.
Kondisi dimana banyak anggota keluarga besar yang berada dalam organisasi perusahaan.
Eksistensi anggota keluarga dalam jumlah besar ini dapat menyebabkan menurunnya
jumlah pembagian saham untuk tiap-tiap pemegang saham dan konflik interest yang
berkepanjangan. Salah satu solusinya adalah membuat organisasi baru yang
terpisah atau membentuk bisnis unit baru.
2.
Openess. Ketika generasi
penerus tidak memiliki kompetensi untuk melanjutkan perusahaan ada beberapa
skenario untuk menjaga sustainbility
perusahaan salah satunya adalah dengan nama openess.
Strategi ini adalah menjual sebagian saham ke orang lain di luar lingkungan
keluarga besar. Dimana sekumpulan orang tersebut tidak hanya memiliki kemampuan
manajerial saja tetapi juga mempunyai kemampuan finansial. Ada dua keuntungan
menggunakan strategi ini yaitu mendapatkan dukungan finansial untuk memperbesar
usaha dan mencegah kerumitan di masa mendatang. Contoh paling baik dalam
skenario ini adalah melakukan IPO.
3.
Foreign Management. Skenario ini dapat dilakukan ketika
tidak banyak anggota keluarga yang menjadi manajer dalam perusahaan. Dan tidak
terdapat figur seorang leadership yang dapat menjalankan perusahaan.
4.
Natural Succession. Ini adalah
kondisi yang sangat memungkinkan dimana anggota keluarga mencari sebuah figur
dalam keluarga yang memiliki kemampuan untuk menjalankan perusahaan dengan
baik, memahami kondisi market dan memiliki komitmen tinggi terhadap keluarga,
shareholders yang lain, pelanggan, penyuplai, dan juga karyawannya sendiri (stakeholders).
Bagaimana suksesi dilakukan oleh family
business di Indonesia? Berikut beberapa strategi yang dilakukan oleh family business di Indonesia untuk
mencapai sustainability company.
Blue
Bird Group
Blue Bird Group (BBG) menjadi salah satu
perusahaan keluarga yang begitu dominan tahun ini. Di bawah kepemimpinan
Purnomo Prawiro, BBG bergerak makin cepat dalam memanfaatkan ceruk pasar dan
peluang bisnis. Ia mampu meningkatkan brand
loyalty para konsumen BBG dengan menerapkan quality control terhadap seluruh lini usahanya, mulai dari technical support hingga customer service. Kemajuan teknologi
radio, GPS, MDT, internet, dan SMS juga dimanfaatkannya.
Dengan karyawan sebanyak 33.000 orang
yang tersebar di delapan kota besar di Indonesia, BBG ke depan akan menjumpai
tantangan-tantangan baru. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana perusahaan
ini dapat langgeng dan mengayomi puluhan ribu karyawan yang bernaung di
dalamnya. Salah satunya adalah dengan suksesi, BBG akan mewacanakan rencana go
public pada 2013 nanti.
Blue Bird Group dibawah nahkoda Purnomo
Prawiro (CEO) berencana melakukan Initial
Public Offering (IPO), dengan minimum 20% saham kepemilikan BBG akan
ditawarkan kepada publik. Family
constitution pun disiapkan. Hal itu disusun atas dasar relevansi
masing-masing peran dan hak keluarga sebagai shareholders. BBG juga berencana
untuk mengundang pihak ketiga sebagai mitra strategis. Konsekuensinya, akan ada
perwakilan komisaris independen sehingga terjadi keseimbangan antara
shareholders keluarga dengan publik.
Setelah family constitution itu disepakati, langkah berikutnya adalah
me-resize dan mere-organisasi struktur perusahaan agar dapat melesat lebih
cepat pasca IPO. Hal itu ditindaklanjuti dengan menentukan job desk
masing-masing tugas direktur, termasuk kualifikasinya. Ketika proses itu
terpenuhi, tahapan berikutnya yang harus dijalani bagi suksesor CEO BBG ke
depan adalah uji kelayakan dan kepatutan.
Filosofi yang ingin diujukkan oleh
Purnomo Prawiro adalah bahwa shareholder itu hidup dari dividen. Sedangkan
eksekutif hidup dari pendapatan. “Kalau eksekutif bagus, kantungnya tebal.
Kalau eksekutifnya jelek, apakah itu keluarga atau bukan keluarga, kantungnya
tipis.
Sampoerna
PT HM Sampoerna, TBk., salah satu
produsen rokok terkemuka di Indonesia, masuk dalam jajaran perusahaan keluarga
terbesar di dunia yang masih tetap berkiprah dari generasi ke generasi. Sejarah
ini tak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga Sampoerna secara turun
temurun. Kesuksesan diawali dari perintisan bisnis oleh Liem Seeng tee,
dilanjutkan kesuksesan Liem Swi Ling membangun pondasi bisnis yang kokoh, lalu
kemudian diteruskan hingga kini oleh Putera Sampoerna dan saat ini oleh
generasi keempat Michael Joseph Sampoerna.
Pada akhirnya bisnis apapun yang ingin
bertahan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh keterampilan kewirausahaan,
kemampuan manajerial, dan kehebatan strategi marketing, inovasi, ataupun
kemampuan regenerasi. Pertimbangan utama yang harus pula dipikirkan adalah
entitas bisnis itu sendiri. Dimasa-masa mendatang, masyarakat yang semakin
mapan, taraf ekonomi yang semakin membaik, kedewasaan berpikir yang semakin
matang, akan cenderung melahirkan tuntutan hidup yang lebih tinggi di segala
aspek. Bisnis apapun yang bervisi jangka panjang harus mempertimbangkan
tuntutan masyarakat yang semakin kritis tersebut.
Industri rokok adalah salah satu bisnis
yang akan terus menghadapi kekritisan masyarakat yang semakin peduli kesehatan.
Pembatasan beriklan dan berpromosi bagi produk rokok akan semakin mempersempit
ruang gerak para produsen rokok. Setiap iklan rokok maupun kemasan rokok
diharuskan mencantumkan peringatan bahaya merokok. Di beberapa negara maju,
para produsen rokok malah sama sekali dilarang beriklan. Ini menandakan bahwa
rokok merupakan komoditas bisnis yang menimbulkan kontroversial.
Berbagai gerakan anti rokok di tingkat
lokal maupun global terus gencar berkampanye menyerukan dampak negatif rokok
bagi kesehatan. Pertemuan International
No Goverment Coalition Against Tobacco (INGCAT) di Geneva tahun 1999
merekomendasikan 16 hal yang harus dilakukan oleh berbagai negara untuk
mengontrol masalah rokok. Terlepas dari adanya regulasi pemerintah ataupun
gerakan anti rokok, sebagian konsumen juga mulai mengalami perubahan perilaku
merokok. Mereka lebih memilih rokok yang rendah tar dan nikotin demi alasan
kesehatan. Menurut beberapa pengamat marketing, market rokok cenderung menurun
setiap tahun. Inilah kenyataan pelik yang harus dihadapi oleh pemimpin generasi
keempat di Sampoerna.
Sekokoh apapun fondasi bisnis yang
berhasil dibangun oleh generasi-generasi sebelumnya, bila entitas bisnis itu
sendiri tidak mampu membuktikan manfaat yang memenuhi kepentingan masyarakat
luas, maka dengan sendirinya market opprotunity-nya akan semakin sempit,
Membangun sebuah perusahaan yang market-driven tidak mungkin hanya mengandalkan
strategi saja, namun perlu pula memperhatikan market behavior yang berubah.
Belum banyak diketahui track record generasi keempat Sampoerna di bawah kepemimpinan Michael Sampoerna yang menempati posisi CEO Sampoerna sejak tahun 2001 lalu. Namun ciri kuat yang tampak menonjol di era generasi keempat ini adalah tindakan strategis jangka panjang dari manajemen Sampoerna yang ditandai dengan penjualan sebagian sahamnya kepada Philip Morris. Penjualan saham tersebut merupakan keputusan berani yang sekaligus memberikan indikasi tentang kemungkinan Sampoerna mengalihkan core business-nya. Ini mungkin saja terjadi karena budaya unggul perusahaan Sampoerna yang telah dibangun sangat kokoh selama tiga generasi bisa menjadi platform yang kondusif untuk memasuki bidang-bidang bisnis yang lain yang masih relevan dengan core competence yang dimiliki.
Bakrie
Berada dalam lingkungan pebisnis, menjadikan Anindya bukan orang asing dalam dunia ini. Dalam usianya yang relatif muda ia telah memimpin sejumlah perusahaan nasional di bidang telekomunikasi dan media. Ia menjadi presiden direktur dari Bakrie Telecom dan Visi Media Asia yang membawahi ANTV, tvOne, dan VIVAnews.
Anin boleh dibilang sudah teruji insting dan kemampuan bisnisnya. Ketika masuk Antv pada tahun 2002, stasiun tv nasional itu hampir bangkrut karena dililit utang. Hanya dalam waktu dua tahun ia bisa merestrukturisasinya dan utangnya menjadi nol. Sekitar 80 persen utang perusahaan menjadi penyertaan modal.
Begitu pula ketika Bakrie mengambil alih Lativi pada bulan Maret 2007. Perusahaan TV tersebut juga tengah dililit utang yang cukup besar. Sementara rating dan share-nya selalu berada di urutan terbawah. Pada bulan Februari tahun 2008 Lativi berubah menjadi TvOne. Format TV diubah dari general TV menjadi News TV. Tidak perlu waktu terlalu lama, TvOne telah menjadi leader news station di Indonesia.
Anindya Bakrie mengatakan bahwa menjadi seorang penerus Bisnis keluarga tidaklah semudah yang kita bayangkan. Lahir dari lingkungan keluarga pengusaha besar, Anin punya beban moral tersendiri. Bila berhasil, maka tak jarang orang yang mencibir keberhasilannya karena mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan dari keluarga. Sementara bila gagal, maka akan lebih banyak lagi yang mengecamnya.
Kesimpulan
IPO (Initial
Public Offerings) tetap menjadi pilihan awal perusahaan-perusahaan keluarga
untuk menjaga sustainbility business.
Dengan melakukan IPO fungsi kontrol manajemen dapat dilakukan dengan
menempatkan beberapa komisaris dari luar lingkungan keluarga. IPO juga membuat
kepercayaan publik terhadap perusahaan meningkat karena kondisi keuangan dan
strategi perusahaan dijabarkan secara transparan.
Meskipun begitu perusahaan family business Indonesia tetap menjaga
komposisi kepemilikan saham yang besar pada keluarga. Sehingga setelah melakukan
IPO perusahaan-perusahaan family bisnis
Indonesia tetap melangsungkan proses suksesi untuk menjaga keberlangsungan
regenerasi di perusahaannya. Salah satu contoh yang bagus adalah Anindya Bakrie
sebelum menjabat sebagai Presiden Direktur Bakrie Brothers diuji dulu
kemampuannya dengan memperbaiki ANTV dan Bakrie Telecom. Setelah teruji keberhasilannya
barulah posisi puncak perusahaan dipegangnya. Dari kasus-kasus ini kita dapat
menyimpulkan bahwa perusahaan family
business Indonesia sudah memperhatikan sustainability
dan regenerasi.
Daftar
Pustaka
- Tim Warta Ekonomi. 2012. Indonesia Most Admired CEO 2011. Warta Ekonomi dan Penerbit Dian Rakyat.
- http://aninbakrie.com/
- http://en.wikipedia.org/wiki/Family_business
- http://www.binanusatraining.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52:kunci-sukses-memimpin-empat-generasi&catid=41:news&Itemid=56
- http://id.wikipedia.org/wiki/HM_Sampoerna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar