Topik
Economic Development, Ease of Doing Business, Entrepreneurship
Banyak Indikator yang
dapat digunakan sebagai indikator pembangunan ekonomi Indonesia yaitu indikator
moneter antara lain pendapatan riil/kapita, Net
Economic Welfare dan indikator non moneter antara lain kesehatan,
pendidikan, perumahan, konsumsi, fasilitas telekomunikasi dsb. Selain itu
terdapat juga indikator campuran contohnya Indeks Pembangunan Manusia (HDI)
yang terdiri dari kesehatan (life
expectancy), tingkat melek huruf (literacy
rate), dan tingkat pendapatan per kapita (consumption).
Bagaimana dengan jumlah
entrepreneur? Ternyata jumlah entrepreneur dapat digunakan sebagai pembangunan
ekonomi Indonesia
Dalam artikel yang
ditulis oleh bisnis Indonesia jumlah entrepreneur melonjak tajam dari 0,18 %
pada tahun 2009 menjadi 1,56% pada Januari 2012. Pertumbuhan 1,56% tersebut
adalah hasil hitung-hitungan dari Deputi bidang Pengkajian Kemenkop dan UKM
berdasarkan data dan kriteria yang ditetapkan oleh BPS. Pemerintah mentargetkan
Indonesia mencapai 2% entrepreneur pada tahun 2014. Dimana angka 2% entrepreneur
dapat dikatakan sebagai batas suatu negara disebut negara maju.
Akan tetapi indonesia
masih tertinggal jauh apabila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti
China dan Jepang dengan jumlah entrepreneurship 10% dari total populasi.
Malaysia 5% dan Singapura 7%. Terlebih lagi Amerika, lebih dari 12% penduduknya
menjadi entrepreneur.
Di sisi lain terdapat
indikator lain yang dapat digunakan sebagai indikator pembangunan ekonomi
Indonesia yaitu Ease of Doing Business,
penelitian yang dilakukan oleh World Bank. Dari sudut pandang penulis indikator
Ease of Doing Business berhubungan
dengan jumlah entrepreneur di Indonesia. Semakin bagus indikator Ease of Doing Business maka jumlah
entrepreneur akan meningkat dan sebaliknya semakin jelek indikator Ease of Doing Business maka semakin
sulit bagi Entrepreneur untuk menjalankan bisnisnya.
Apa saja faktor-faktor
yang terdapat dalam Ease of Doing
Business dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mengindikasikan
perkembangan perekonomian di Indonesia, mempengaruhi perkembangan
entrepreneurship dan bagaimana rangking negara Indonesia dibandingkan
negara-negara lainnya akan dijelaskan pada bab berikutnya.
Analisis
Sebelas faktor dalam Ease of Doing Business adalah (1)
memulai bisnis, (2) berurusan dengan izin konstruksi, (3) mendapatkan listrik, (4)
pendaftaran properti, (5) mendapatkan kredit, (6) perlindungan investasi, (7) pembayaran
pajak, (8) perdagangan lintas negara, (9) penegakkan kontrak, (10) penyelesaian
kebangkrutan dan (11) mempekerjakan karyawan. Penelitian ini dilakukan di 185
negara mulai dari Afghanistan sampai Zimbabwe. Indonesia secara global
menduduki peringkat 130 pada tahun 2013 dan menduduki peringkat 128 pada tahun
2012.
Pada file dibawah ini akan menjelaskan peringkat negara Indonesia di Indikator Ease of Doing Business dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia
dan negara China. Dibandingkan dengan negara Malaysia, Indonesia masih tertinggal
jauh. Ini membuktikan birokrasi di Indonesia masih terlalu rumit untuk
mendukung munculnya usaha-usaha baru. Dan jelas jumlah persentase entrepreneur
di Malaysia lebih besar dari jumlah persentase entrepreneur di Indonesia.
Kesimpulan
Berikut beberapa sebab
mengapa entrepreneur dapat menjadi tolak ukur kemajuan ekonomi suatu negara :
- Entrepreneurship sangat penting karena dia mengangkut daya kreativitas dan daya juang. Seorang entrepreneur akan berjuang dengan seluruh tenaga, pikiran, waktu dan modal yang ia memiliki untuk sukses dalam berusaha. Semakin banyak entrepreneur yang sustainable profit maka secara kolaboratif akan mendorong perekonomian negara untuk maju.
- Entrepreneurship membuka lapangan pekerjaan. Dari buku ‘Chairul Tanjung Si Anak Singkong’ diceritakan bahwa Chairul Tanjung Corporation yang membawahi Trans TV, Trans 7, Bank Mega, Trans Studio dan juga Carrefour memiliki 75.000 karyawan. Dalam lima tahun ke depan paling tidak kebutuhan karyawan untuk CT Corp sampai 150.000 orang. Andaikan bangsa Indonesia memiliki 1000 orang seperti Chairul Tanjung maka akan mampu memberikan lapangan kerja kepada 150 juta orang dan pada saat itu penggangguran di Indonesia dapat teratasi.
- Bermunculan ekonomi algomerasi baru dari perusahaan startup yang didirikan oleh seorang entrepreneur. Analoginya adalah seperti ini : Kota Jakarta sebagai pusat ekonomi Indonesia akan terus bertumbuh ekonominya dan bertambah jumlah penduduknya dikarenakan kegiatan ekonomi yang berlangsung di kota tersebut. Sama halnya seperti sebuah startup (perusahaan baru) yang didirikan oleh entrepreneur. Ada kegiatan ekonomi disana. Bagaimana kecilnya sebuah startup dia akan membutuhkan startup-startup lain untuk membantunya mensukseskan usaha. Semakin besar jumlahnya semakin bagus. Itulah ekonomi aglomerasi sebuah kolaborasi yang tidak disadari menumbuhkan perekonomian suatu negara.
Di sisi mikro banyak
sekali pengusaha-pengusaha sukses yang menceritakan kisah suksesnya agar dapat
ditiru dan memotivasi generasi muda untuk berkembang dengan entrepreneurship
sebut saja Sandiaga Uno, Chairul Tanjung, Purdie Chandra dll. Di sisi makro
masih banyak yang perlu dibenahi oleh pemerintah. Ease of Doing Business memberikan pemaparan indikator yang bagus
sekali. Rangking yang begitu rendah bagi bangsa Indonesia adalah pekerjaan
rumah yang harus diselesaikan. Bahkan rangking Indonesia dibandingkan dengan
negara tetangga Malaysia begitu jauh bedanya. Kombinasi dorongan dari sisi
mikro dan pembenahan birokrasi di sisi makro akan memberikan efek yang luar
biasa pada bertumbuhnya entrepreneurship dan perkembangan ekonomi di Indonesia.
Daftar
Pustaka
- Wardhana, Lingga & Makodian, Nuraksa. 2010. TECHNOPRENEUR. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia : Jakarta.
- Diredja, Tjahja Gunawan. 2012. Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Penerbit Buku Kompas : Jakarta
- http://www.doingbusiness.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar