Kamis, 22 Agustus 2013

Solusi Business Incubator untuk Perkembangan Entrepreneurship di Lingkungan Universitas (Studi Kasus Opportunity & Threats pada Sebaran Fakultas Teknik di Indonesia)



    1.     Deskripsi Kasus

Dalam artikel yang ditulis oleh bisnis Indonesia jumlah entrepreneur melonjak tajam dari 0,18 % pada tahun 2009 menjadi 1,56% pada Januari 2012. Pertumbuhan 1,56% tersebut adalah hasil hitung-hitungan dari Deputi bidang Pengkajian Kemenkop dan UKM berdasarkan data dan kriteria yang ditetapkan oleh BPS sebagai lembaga pemerintah yang dipercaya dan kompeten. Pemerintah mentargetkan Indonesia mencapai 2% entrepreneur pada tahun 2014. Dimana angka 2% entrepreneur dapat dikatakan sebagai batas suatu negara disebut negara maju.

Akan tetapi indonesia masih tertinggal jauh apabila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti China dan Jepang dengan jumlah entrepreneurship 10% dari total populasi. Malaysia 5% dan Singapura 7%. Terlebih lagi Amerika, lebih dari 12% penduduknya menjadi entrepreneur. 

Salah satu pendorong peningkatan entrpreneurship adalah dengan kampanye entrepreneurship di lingkungan universitas. Kenapa universitas? Karena universitas merupakan strata tertinggi dalam pendidikan, dan diharapkan dapat menghasilkan bisnis-bisnis baru yang kreatif, inovatif, beretika dan berdaya saing tinggi.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah membuat business incubator. Dibutuhkan business incubator dikarenakan proses tahap-tahap awal dalam membuat bisnis adalah proses yang sulit. Dan banyak perusahaan-perusahaan bangkrut di awal-awal tahun karena kurangnya pengetahuan strategi untuk berbisnis. Business incubator antara lain memberikan pelatihan, memberikan fasilitas, memberikan akses pasar dan modal juga sebagai wadah untuk melakukan konsultasi. Karena latar belakang penulis dari Teknik, maka akan dilihat Opportunity dan Threats penerapan business incubator di fakultas-fakultas teknik seluruh Indonesia. Opportunity dan Threats akan dilihat dari sebaran di seluruh provinsi Indonesia.

Berikut flow yang dilakukan dalam business incubator.





Idea Generation. Pada tahap ini mahasiswa yang terlibat dalam program business incubator akan dibukakan wawasannya mengenai produk atau jasa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat tetapi masih terbuka peluang untuk dikerjakan.

Product & Service Prototype. Pembuatan prototype produk dan jasa dapat digabungkan dalam pembuatan skripsi, thesis atau laporan tugas akhir.

Business Modelling. Pembuatan bisnis model dari produk dan jasa yang telah dibuat.

Market Research. Survey market dari bisnis model yang telah dibuat. Apabila perlu dilakukan revisi pada business model dari survey pasar yang telah dilakukan.

Business Plan. Penyusunan business plan mengenai marketing plan, financial plan dan operational plan.

Legal entity, Corporate identity, patent & trademark. Pengurusan perijinan PT atau CV, pembuatan website, email dan bisnis proposal, pengurusan paten apabila produk yang dihasilkan benar-benar inovatif.

Product Launching. Memperkenalkan produk pada pasar dapat dilakukan dengan seminar, pameran, melakukan presentasi ke customer dll.

Monitoring & Evaluation. Memonitor hasil produk launching baik secara finansial atau non finansial. 




Sustainable Business. Untuk mencapai bisnis yang sustainable ada tiga hal yaitu People, Planet dan Profit. Dalam perusahaan startup yang paling utama adalah bagaimana menghasilkan profit. Perusahaan yang berdiri dari ide kreatifitas kampus biasanya baru terdiri dari sedikit orang. Bahkan sebagai founder akan memikirkan dari segala segi aspek perusahaan.



Continuos Idea. Dalam satu siklus business incubator akan diupayakan bahwa sebuah idea dapat berkembang manjadi sebuah prototype dan terus berkembang menjadi produk yang komersial.  Dalam sebuah Sustainable Business perlu diperhatikan bahwa ide yang berhasil dan memperoleh respon positif dari pasar akan menghasilkan ide-ide berikutnya yang kemudian akan dilakukan komersialisasi terhadap ide tersebut.



 2.     Analisa Opportunity and Threats Kasus

Opportunity :

Bagaimana opportunity-nya untuk solusi pembukaan business incubator di propinsi Indonesia. Untuk sasaran pasar adalah seluruh fakultas teknik di Indonesia maka data yang dibutuhkan adalah sebaran mahasiswa teknik di seluruh Indonesia. Dari data yang diperoleh dari Dashboard Pangkalan Data Pendidikan Tinggi oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi (http://pdpt.dikti.go.id/) ada banyak sekali jurusan yang berkaitan dengan bidang teknik tetapi untuk mempermudah analisis data penulis menggunakan 10 jurusan teknik yang terdapat di fakultas teknik Universitas Gadjah Mada yaitu : Teknik Elektro, Teknik Informatika, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Arsitek, Teknik Geodesi, Teknik Geologi, Teknik Sipil, Teknik Nuklir, Teknik Fisika. Dari tabel terlihat 10 rangking untuk jumlah mahasiswa Teknik yang terbesar adalah berasal dari Jawa Timur (59685 mahasiswa), Jawa Barat (56526 mahasiswa), DKI Jakarta (50741 mahasiswa), Jawa Tengah (34835 mahasiswa), D.I.Yogyakarta (29446 mahasiswa), Sumatera Utara (29044 mahasiswa), Sulawesi Selatan (17841 mahasiswa), Nanggroe Aceh D (16097 mahasiswa), Sumatera Selatan (11419 mahasiswa), Banten (10548 mahasiswa). Jadi opportunity untuk membuat business incubator sangat besar terutama di kesepuluh propinsi tersebut. Dimana rata-rata studi teknik adalah lima tahun maka dari 10 Provinsi tersebut secara rata-rata akan menghasilkan 6323 lulusan setiap tahunnya. Dan dari setiap lulusan diwajibkan membuat sebuah tulisan ilmiah berupa skripsi sehingga setiap tahunnya akan muncul 6323 tulisan ilmiah, itupun baru berasal dari fakultas teknik di sepuluh besar provinsi dengan jumlah terbesar mahasiswa teknik  belum apabila dihitung dari provinsi-provinsi lainnya.

Threats :

Sebuah bisnis incubator adalah sebuah usaha dimana keberhasilan dan kegagalan usaha dapat terjadi. Bahwa untuk mencapai keberhasilan di dalam bisnis sebenarnya adalah proses yang berkelanjutan. Mahasiswa yang masuk didalam program Incubator bisnis tidak dapat semata-mata menggantungkan kesuksesannya kepada pihak inkubator saja tetapi kesuksesan harus diraih secara bersama-sama. Di sini incubator bertindak sebagai penunjuk jalan dan memberikan fasilitas sedangkan yang akan berjalan di jalan tersebut adalah mahasiswa itu sendiri.
 



3.     Solusi Kasus

Solusi untuk meningkatkan presentasi entrepreneurship di Indonesia adalah mengembangkan inkubator-inkubator bisnis di kampus-kampus. Dari pengamatan penulis banyak sekali pihak-pihak swasta yang mengembangkan inkubator bisnis secara profesional antara lain Project Eden (eden.co.id), Batavia Incubator (batavia-incubator.com), Kinara Indonesia (kinaraindonesia.com) dan banyak perusahaan-perusahaan inkubator lainnya yang bermunculan. Yang menurut kacamata penulis bahwa bisnis inkubator akan lebih baik apabila langsung menempel pada institusi kampus. Bagaimana penerapan Business Incubator di universitas di Indonesia berikut data hasil pencarian cepat yang dilakukan oleh penulis.




4.     Kesimpulan

Dari presentase 1,56% jumlah penduduk Indonesia yang menjadi entrepreneur, masih banyak pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan prosentase jumlah entrepreneur. Apabila dibandingkan dengan negara Asia lainnya jumlah entrepreneur Indonesia masih tertinggal jauh. China dan jumlah entrepreneurship mencapai 10% dari total populasi. Malaysia 5% dan Singapura 7%. Terlebih lagi Amerika, lebih dari 12% penduduknya menjadi entrepreneur. 

Business Incubator dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan jumlah entrepreneur di Indonesia. Business incubator antara lain memberikan pelatihan, memberikan fasilitas, memberikan akses pasar dan modal juga sebagai wadah untuk melakukan konsultasi.

Peluang untuk memperkuat Business Incubator di Fakultas Teknik di seluruh Universitas Indonesia masih terbuka luas. Dari data cepat yang diperoleh dari internet masih sedikit sekali universitas-universitas di Indonesia yang concern untuk mengembangkan Business Incubator di lingkungan kampusnya. Bahkan beberapa universitas tidak memiliki sama sekali Business Incubator.

5.     Referensi


Tidak ada komentar: